Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengandung tata krama sehingga penutur bahasa jawa terikat pada tata krama. Pada jaman sekarang, semakin jarang orang bertutur dengan bahasa jawa krama. Kebutuhan untuk memelihara penggunaan bahasa jawa dalam kebutuhan sehari-hari telah diupayakan oleh pemerintah, misalnya pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan SK Gubernur nomor 895.5/2005 tentang wajib belajar Bahasa Jawa bagi semua siswa dari tingkat SD sampai SLTA. Sejumlah daerah Kabupaten juga menetapkan hari bahasa Jawa di mana pada hari-hari tertentu para pegawai pemerintah diwajibkan menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi.
Namun, upaya membina atau melestarikan bahasa Jawa ini menghadapi sejumlah problematika. Penggunaan bahasa jawa di lembaga-lembaga pendidikan terbatas pada pelajaran bahasa Jawa. Percakapan sehari-hari di sekolah lebih sering menggunakan bahasa Indonesia yang dipandang lebih praktis dan mudah. Waktu pelajaran bahasa Jawa juga sangat terbatas.
Budaya yang berkembang sehari-hari di masyarakat memang menunjukkan besarnya ancaman terhadap eksistensi Bahasa Jawa, terutama di kalangan generasi muda. Meskipun demikian, penggunaan bahasa jawa di kalangan orang tua masih banyak digunakan karena pada umumnya di kalangan orang tua merasa ada kebutuhan untuk menjaga tata krama di hadapan orang yang lebih tua serta ada keinginan untuk tidak disamakan dengan anak atau remaja. Orang tua berpotensi menjadi agen pelestari bahasa Jawa di lingkungan keluarganya. Masalahnya, orang tua juga biasa mengajak berbicara dengan anak-anaknya menggunakan bahasa Indonesia, meskipun lebih memilih menggunakan bahasa Jawa krama ketika berbicara dengan sesama orang tua. Hal ini membuktikan bahwa di kalangan keluarga, anak kurang atau bahkan tidak terbiasa berbicara dengan bahasa Jawa Krama. Sikap orang tua yang membiarkan anak atau bahkan dengan sengaja bercakap-cakap dengan bahasa Indonesia pada dasarnya tidak ada maksud untuk merendahkan bahasa Jawa, tetapi semata-mata hanya tidak ingin membebani anak dengan keharusan menggunakan bahasa Jawa Krama.
Sikap orang tua dalam menggunakan bahasa Jawa Krama sehari-hari dan menggunakan bahasa Indonesia ketika bercakap-cakap dengan anak muda menimbulkan kesan bahwa bahasa Jawa hanya digunakan oleh para orang tua, bukan bahasa untuk anak muda. Sikap orang tua dalam berbahasa Jawa menunjukkan kontribusi orang tua di masyarakat dalam melestarikan bahasa Jawa. Hal ini memperlihatkan masih adanya peluang besar untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa baik di lingkungan pemerintahan, institusi pendidikan, maupun di masyarakat. Potensi ini sudah seharusnya dipupuk dan diberdayakan agar kontribusinya terhadap pelestarian bahasa Jawa semakin besar. Satu hal yang dapat meningkatkan antusiasme masyarakat untuk menggunakan bahasa Jawa yaitu dengan memberikan reward sebagai faktor reinforcement bagi masyarakat agar semakin termotivasi selalu menggunakan bahasa Jawa. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam konteks menghadirkan factor reinforcement, di antaranya mengadakan lomba lingkungan berbahasa jawa seperti lingkungan sekolah, lingkungan kampung, lingkungan kantor dan sebagainya
Dengan demikian, pembinaan bahasa Jawa meliputi banyak komunitas, bukan hanya pada beberapa gelintir orang. Lomba antar lingkungan ini diharapkan akan menjadi jalan keluar bagi masalah pelestarian bahasa Jawa. Ketika lingkungan cukup kuat termotivasi untuk melestarikan bahasa Jawa, maka warga atau anggota di lingkungan bersangkutan juga akan merasa terdorong untuk menggunakan bahasa Jawa.
Ety Prajitnangrum, S.Pd., M.Psi
Guru SMP Negeri 4 Wonosobo