Kembalikan BST Dana Desa, Alasan Buruh Tani di Klaten Kejutkan Ganjar


JATENGPOS.CO.ID, KLATEN – Seorang buruh tani di Desa Kotesan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, bernama Tukul Subagiyono mengembalikan bantuan sosial tunai (BST) karena telah menerima bantuan dari Dana Desa.
Hal itu terjadi ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengecek pembagian BST di Kabupaten Klaten, Rabu, setelah mendapat banyak laporan terkait dengan penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran.
Saat pembagian BST di Desa Kotesan yang disaksikan orang nomor satu di Jateng itu, Tukul Subagiyono mengangkat tangan dan memanggil Ganjar, serta dengan tegas ia mengatakan akan mengembalikan BST yang diterimanya.
“Ini punya saya mau saya kembalikan,Pak, ‘wong’ saya sudah dapat bantuan kok dapat lagi. Kasihan yang lain Pak, biar untuk yang lain saja,” katanya.
Mendengar hal itu, Ganjar kemudian mendekat dan bertanya alasan Tukul mengembalikan BST serta pekerjaannya sehari-hari.
“Saya cuma buruh tani Pak. Ini saya kembalikan, ‘wong’ saya sudah dapat. Satu bantuan saja sudah cukup Pak, masa mau dapat lagi. Ya walaupun saya butuh sebenarnya, tapi kan saya sudah dapat. Yang lain masih banyak yang butuh dan tidak dapat,” ujar Tukul yang langsung diacungi dua jempol oleh Ganjar.
Ternyata yang mengembalikan BST tidak hanya Tukul, ada dua warga lain di tempat itu yang melakukan hal serupa.
Kedua orang itu adalah seorang ibu rumah tangga bernama Jannah yang suaminya bekerja sebagai kuli bangunan, dan mahasiswa Yoga Pratama.
“Suami saya sudah dapat bantuan dari Dana Desa Pak, jumlahnya juga sama Rp300 ribu per bulan. Gak tahu kok ini dapat bantuan lagi, makanya saya kembalikan. Mudah-mudahan dapat orang lain yang membutuhkan,” kata Jannah.
Sementara itu, Yoga mengatakan bantuan Dana Desa sudah diterima ayahnya, sedangkan BST diterima atas namanya.
“Kan menurut aturan undang-undang, satu kepala keluarga dapat satu bantuan saja, tapi kok di keluarga saya dapat dua, makanya saya berinisiatif mengembalikan. Mungkin bisa digunakan ke masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Ganjar menyatakan bangga kepada warganya yang mau mengembalikan bantuan itu karena memang tidak berhak.
Menurut dia, hal itu contoh moralitas yang harus menjadi teladan masyarakat lainnya sekaligus menjadi acuan pemerintah untuk melakukan perbaikan data.
“Dari sisi moralitasnya, ini sangat bagus. Ini konkret, mereka datang dengan moralitas bagus, mau mengembalikan karena merasa sudah menerima,” katanya.
Banyak orang, lanjut Ganjar, tidak memiliki moralitas sebagus empat orang itu. Bahkan, dirinya sendiri melihat, beberapa penerima bantuan yang memakai jam tangan bagus, ponsel bagus, dan sepatu bagus. (ant/rit)
Baca juga:  Demak Kembali Meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK di Tahun Keenam
iklan