JATENGPOS.CO.ID, – Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia, membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya. Pendidikan yang baik sebagaimana diharapkan oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang mengharuskan adanya pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa di masyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah dibutuhkan guru yang baik. Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, maka guru merupakan perangkat pelaksana pendidikan yang terdepan.
Di sekolah guru merupakan faktor dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh.
Guru mempunyai kedudukan yang khusus dalam lingkungan sekolah. Perilaku dan penampilannya akan membekas dan banyak mewarnai kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Guru banyak disanjung dan dipuji, tetapi ada kalanya dicemooh dan dicerca. Guru dapat tampil dalam berbagai wajah dan diamati dalam berbagai wajah pula. Posisi guru yang khas di sekolah dengan beragam perhatian, menuntut suatu kompetensi kepribadian yang lebih dibandingkan dengan profesi yang lain.
Kita mengenal pemeo guru harus bisa digugu dan ditiru dan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Dalam pemeo tersebut tersirat pandangan serta harapan tertentu dari masyarakat terhadap guru. Dalam kedudukan seperti itu guru tidak lagi dipandang hanya sebagai pengajar di kelas, namun darinya diharapkan pula tampil sebagai pendidik terhadap anak didiknya di sekolah, dengan memberikan teladan yang baik.
Guru adalah sebagai panutan yang harus dapat digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam system Amongnya yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/memberi motivasi dari belakang. Dalam arti sebagai guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan peserta didik yang diasuhnya. Guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi, serta mampu mendorong peserta didiknya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab.
Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca, yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru juga harus berwibawa sehingga peserta didik segan terhadapnya.
Kepribadian guru yang dapat dijadikan teladan antara lain guru sebagai makhluk ciptaan Tuhan berkewajiban untuk meningkatkan iman dan takwanya kepada Tuhan, sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru harus beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya. Contoh: seorang guru laki-laki yang beragama Islam pada hari Jumat melaksanakan ibadah sholat Jumat di tempat tinggalnya atau di sekolah yang ada masjidnya bersama warga sekolah yang lainnya. Jangan sampai guru menyuruh siswanya beribadah sementara guru tersebut malah bermain catur dengan orang yang tidak pernah beribadah.
Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik maka guru perlu mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemui dalam berinteraksi dengan peserta didik. Contoh: dalam situasi pembelajaran di kelas guru menggunakan metode diskusi dalam mata pelajaran tertentu dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat bahkan mau menerima pendapat yang berbeda dari siswa dengan alasan yang rasional. Hindari perilaku menang sendiri, menganggap dirinya paling benar serta tidak mau menerima masukan dari siswanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kepribadian guru mencakup perilaku manusia secara individu yang dibatasi norma-norma yang berlaku, bersumber pada falsafah hidup, serta nilai-nilai yang berkembang di lingkungan guru berada yang dapat dijadikan panutan dan teladan bagi peserta didik khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.