Keteladanan Guru, Harga Mati!

Efa Widyastuti, S.Pd.SD Guru SD Negeri Sugihan 03, Kabupaten Sukoharjo
Efa Widyastuti, S.Pd.SD Guru SD Negeri Sugihan 03, Kabupaten Sukoharjo

JATENGPOS.CO.ID, – Keteladanan Guru, Harga Mati! Ngeri sekali ya mendengarnya? Harga mati! Seolah tidak bisa ditawar lagi. Ya, memang menurut hemat saya hal-hal yang berkaitan dengan keteladanan, karakter, dan dunia pendidikan adalah hal yang ngeri. Ngeri yang saya maksudkan bukannya ngeri takut, tapi hal tersebut sangat fatal jika tidak diterapkan sebaik mungkin.Keteladanan guru merupakan salah satu cara menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik.

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tahun 2010-2014 telah mencanangkan pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan (PAUD – PT). Semua pihak (guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah) harus bekerja keras mewujudkan program-program yang memiliki kontribusi terhadap peradapan bangsa.Mengapa pendidikan karakter harus diterapkan di sekolahan? Karena karakter bangsa Indonesia masih lemah.

Guru dalam filosofi Jawa dimaknai “digugu lan ditiru” (dipercaya dan dicontoh). Digugu atau dipercaya, guru seharusnya dapat dipercaya baik perkataan maupun perbuatannya. Ditiru atau dicontoh, guru berperan menjadi teladan bagi peserta didik. Guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada peserta didik, namun juga mampu menanamkan nilai-nilai luhur yang mendukung kehidupan peserta didiknya kelak.

Baca juga:  Lomba MAPSI Tumbuhkembangkan Karakter Mulia Anak Bangsa

Guru yang berkarakter menurut M. Furqon Hidayatullah (2010:25) memiliki nilai-nilai utama yaitu amanah, keteladanan, dan cerdas. Keteladanan yang dimaksudkan meliputi kesederhanaan, kedekatan, dan pelayanan maksimal. Indikator kesederhaan seorang guru adalah bersahaja, tidak berlebihan, tidak mewah, dan tepat guna. Indikator kedekatan meliputi perhatian pada siswa, learning centered, dan terjalinnya hubungan emosional yang harmonis. Indikator pelayanan maksimal meliputi dipenuhinya SPM (Standar Pelayanan Minimal), kepuasan, pro aktif, pelayanan cepat, cepat dan tanggap.

iklan

Keteladanan memiliki kontribusi yang besar dalam mendidik, baik sebagai guru maupun orang tua. Mendidik tanpa memberikan teladan adalah omdo (baca: omong doang). Semua seolah hanya sebuah teori tanpa realisasi. Realitas nihil, bagaimana akan muncul kepercayaan?  Keteladanan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Baca juga:  “Reward” Stimulus Jitu Tingkatkan Kepercayaan Diri Siswa

Apa aja sih keteladanan yang bisa dilakukan guru? Keteladanan ini lebih kepada perilaku, dimulai dari hal kecil dan sepele misalkan senyum. Susah nggak sih senyum itu? Jawabnya bisa “iya” bisa juga “tidak” sesuai mood dan situasional juga. Namun, hal itu bisa ditepis ketika dalam diri kita sudah terbiasa dan tertanam nilai saling menghormati dan peduli sosial.

Keteladanan guru meliputi semua nilai karakter. Tapi, guru juga memiliki keterbatasan. Paling tidak, memenuhi standar minimal kompetensinya. Nilai karakter disiplin, religius, jujur, toleransi, mandiri, cinta tanah air, dan seterusnyabisa dilakukan saat kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut tercermin pada datang dan pulang tepat waktu, menyambut peserta didik di pagi hari di depan sekolah dan menyalami, tertib berseragam (rapi, bersih, sopan), mengikuti upacara dengan khidmat, melayani belajar siswa dengan baik, tidak membeda-bedakan, saling menyapa, memberi senyum, dan ramah. Peduli lingkungan dapat dilakukan dengan mendampingi peserta didik piket kelas, memberi contoh menyapu yang benar, membuang sampah pada tempatnya, memungut sampah yang berserakan,kuku bersih, rambut rapi, dan mencuci tangan. Nilai religius dicerminkan dengan shalat tepat waktu,tidak hanya menerintahkan shalat, tapi juga melaksanakan shalat di sekolahanserta berperilaku yang sopan.

Baca juga:  Supervisi Klinis Tingkatan Kinerja Guru

Guru yang mampu menjadi teladan merupakan pendidikan karakter yang nyata. Mereka akan lebih dihormati dan disegani dari pada guru yang hanya bisa omong doang. Mereka akan lebih digugu(dicontoh) bukan diguyu(ditertawakan). Maka, guru memang wajib menjadi teladan bagi peserta didik.

Efa Widyastuti, S.Pd.SD

Guru SD Negeri Sugihan 03, Kabupaten Sukoharjo

iklan