Gerakan Literasi Nasional (GLN) adalah gerakan yang bertujuan untuk menumbuhkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulia dari keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia (gln.kemdikbud.go.id). GLN memiliki enam dimensi literasi, salah satnya adalah literasi baca dan tulis. Hasil survei Progamme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke 57 dari 65 negara yang mengikuti PISA dalam literasi baca dan tulis. Hal ini mendorong guru kelas sebagai salah satu penanggung jawab kemampuan literasi baca tulis siswa untuk mengadakan pembelajaran yang sesuai.
Literasi baca dan tulis dapat diajarkan ke siswa sekolah dasar melalui pembelajaran Bahasa Indonesia. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi di SDN Tening berkaitan dengan kemampuan berbahasa Indonesia antara lain (1) penggunaan Bahasa Jawa di lingkungan sekolah membuat kemampuan berbahasa Indonesia siswa kurang, (2) kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang masih monoton dan berpusat pada guru, dan (3) rendahnya minat baca dan tulis siswa. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan literasi baca dan tulis siswa, salah satunya adalah dengan model pembelajaran KIRAT (Kirim Surat).
KIRAT adalah kegiatan berkirim surat seperti mencari sahabat pena, namun sahabat pena yang dicari berasal dari sekolah lain (Hidayati, 2018:117). Diharapkan dengan berkirim surat, siswa dapat memiliki kecintaan membaca dan menulis. Semua siswa kelas 4 SDN Tening mengungkapkan bahwa mereka belum pernah mengirim surat sebelumnya sehingga KIRAT merupkan kegiatan yang sangat baru bagi mereka. Dengan keadaan SDN Tening yang berada di desa, dan akan membutuhkan waktu yang terlalu lama jika menggunakan metode pengiriman via pos, maka guru melakukan modifikasi dengan cara bekerja sama dengan guru kelas 4 dari sekolah lain yang ingin melakukan metode KIRAT. Pembelajaran diawali dengan guru memperkenalkan pada siswa bagaimana cara menulis surat pribadi yang baik.
Setelah siswa dirasa mampu menulis surat pribadi, guru meminta siswa untuk menulis surat pertama untuk calon sahabat pena mereka. Surat pertama ini berisi perkenalan diri yang meliputi nama, alamat, hobi, dan lain sebagainya. Setelah selesai menulis surat, siswa memasukkan surat tersebut ke dalam amplop menggunakan kop surat yang sesuai kemudian dikumpulkan ke guru. Pada tahap ini, berbeda dengan KIRAT pada umumnya, guru dan siswa tidak mengirimkan surat melalui kantor pos, namun guru akan memberikan surat-surat tersebut kepada guru sekolah lain yang bekerja sama untuk melakukan metode KIRAT. Sekolah yang dipilih untuk bekerja sama diusahakan memiliki karakteristik siswa yang berbeda dengan sekolah kita, misalnya tempat tinggal yang berbeda, latar belakang orang tua, budaya yang berbeda, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar siswa dapat memperoleh pengetahuan baru mengenai kebiasaan, pola piker, dan budaya yang berbeda dari mereka.
Setelah dikirim ke guru sekolah lain, guru sekolah lain tersebut akan memberikannya ke siswa kelas 4 dan mereka akan membalas surat-surat tersebut yang selanjutnya akan dikirimkan kembali ke SDN Tening. Setelah berkirim surat selama satu semester, siswa kelas 4 SDN Tening menyatakn bahwa mereka sangat senang ketika menulis dan membaca surat dari sahabat pena mereka. Hampir setiap minggu mereka menulis balasan surat dengan berbagai macam topik yang dibicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak sadar siswa telah belajar menjadi penulis dan mempelajari budaya dan kebiasaan baru melalui membaca surat. Dari testimony siswa tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa SIRAT dapat meningkatkan keterampilan dan literasi baca tulis siswa sekolah dasar.
Ayu Lelli Riadhiani, S.Pd.SD
Guru Kelas 4 SDN Tening, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung