KURMER atau kurikulum merdeka merupakan kurikulum pendidikan yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat peserta didik. KURMER memberikan dukungan pembelajaran secara mandiri (Rahayu, R., dkk, 2022). KURMER diterapkan tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan atau dengan kata lain bukan kurikulum yang diubah tetapi standarnya.
Keunggulan penerapan KURMER diantaranya lebih sederhana dan mendalam, merdeka, serta relevan dan interaktif. KURMER lebih sederhana dan mendalam artinya penerapannya lebih fokus pada materi yang esensial serta pengembangan kompetensi peserta didik. Pengertian lebih merdeka yaitu adanya kebebasan pada peserta didik, guru, dan sekolah. Peserta didik dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Pada guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik (Mulyasa, H. E., 2021). Sedangkan pada sekolah memiliki wewenang mengembangkan dan mengelola kurikulum serta pembelajaran sesuai karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik (Ramadina, E., 2021). Selain itu, KURMER lebih relevan dan interaktif artinya peserta didik dapat secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila yang unggul memiliki nilai-nilai yang ada dalam diri diantaranya beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Hasil yang diharapkan dari karakteristik pelajar Pancasila yaitu menjadi pembelajar yang menjunjung hayat dilengkapi dengan kompetensi kompetitif global dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila (Juliani, A. J., & Bastian, A., 2021).
Integrasi nilai-nilai dengan pelajaran kognitif dapat dilakukan dengan menganggap nilai sebagai bagian karakter peserta didik. Cara yang dapat dilakukan yaitu belajar mandiri lalu mendiskusikan dengan teman- teman yang lain, sehingga bisa merefleksikan diri dan tidak terganggu dengan feedback yang diberikan orang lain. Selain itu, perlu membangun ruang kelas dan ruang belajar masa depan yang kreatif, kolaboratif, serta berbasis pengalaman dan didukung teknologi/ digital, tetapi aman dan inklusif.
Aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam menginternalisasi/dasar profil pelajar Pancasila yaitu karakter (integritas meliputi akhlak dan itikad untuk memperkuat niat, motif, agenda, dan perilaku) dan kompetensi (kapabilitas dan kinerja/hasil). Jika kedua aspek terpenuhi maka diperoleh kredibilitas/ kepercayaan untuk mendapatkan penilaian yang berpengaruh terhadap profil peserta didik.
Prinsip penanaman nilai harus memperhatikan beberapa hal diantaranya nilai (values) bukanlah pengetahuan, nilai harus hidup dalam keseharian, memanfaatkan value attack yang menyenangkan, melakukan pendekatan komprehensif (enabling environment), menyesuaikan tahap perkembangan anak, walk the talk (kongruensi), dan repetisi. Sementara itu, pilar-pilar dalam pembelajaran pada penerapan nilai diantaranya mengetahui learning to do, learning to be, learning to live together, learning to transform self & society, dan learning to know. Sedangkan lapisan proses pembelajaran yang dapat dipilih diantaranya focused learning, unlearning, relearning, reflective learning, dan action learning.
Pembentukan profil pelajar Pancasila tidak terlepas dari tujuan dalam menuju Indonesia emas (berdaulat, maju, adil dan makmur). Proses menuju Indonesia emas dapat dilakukan dengan membentuk manusia pancasilais unggul melalui pembinaan ideologi Pancasila (nilai kebangsaan), revolusi mental (nilai integritas, etos kerja dan gotong royong), dan peningkatan SDM (kreatif, inovatif, terampil dan bermartabat). Jika sudah terbentuk adanya manusia pancasilais unggul dan Pancasila telah menjadi nilai bersama maka kehidupan Indonesia adil sentosa sudah di depan mata.
Oleh
Semi, S.Pd.SD.
Kepala SDN 02 Wanarata Kec. Bantarbolang Kab. Pemalang