Soal cerita masih menjadi permasalahan dalam pembelajaran matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya sehingga hasil belajarnya rendah. Mereka mengeluhkan sulitnya materi tersebut sehingga membuat kehilangan motivasi dan cenderung bosan jika dihadapkan pada soal dalam bentuk tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Usman (2007) yang menyatakan bahwa soal cerita dalam matematika sulit untuk diselesaikan.
Permasalahan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika juga penulis alami saat menerapkan pembelajaran soal cerita di kelas VI. Berdasarkan hasil identifikasi penulis bersama dengan rekan sejawat, diketahui bahwa penyebabnya adalah kesulitan menginterpretasikan suatu kalimat, belum mampu memahami maksud dari soal yang diberikan, belum mampu menerjemahkan soal cerita ke dalam model (kalimat) matematika, serta belum memahami langkah-langkah yang benar dalam menyelesaikan soal cerita. Dari beberapa faktor penyebab tersebut, yang menjadi faktor dominan adalah siswa tidak memahami langkah-langkah penyelesaian yang sistematis.
Menyelesaikan soal cerita diperlukan keterampilan dan kemampuan berpikir, untuk itu siswa perlu mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan dapat dilakukan dengan mengenalkan cara-cara yang dapat memudahkan dalam pengerjaannya. Cara ini dapat berupa langkah-langkah pengerjaan yang runtut dan sistematis.
Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal cerita matematika adalah dengan menerapkan langkah Polya. Langkah ini memiliki kelebihan yaitu menyajikan kerangka kerja yang tersusun rapi untuk menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu siswa untuk mengerjakan secara sistematis, runtut, dan cermat.
Polya (dalam Rahardjo, 2011:10) mengemukakan empat langkah dalam menyelesaikan masalah atau soal cerita, yaitu 1) memahami masalah, 2) menyusun rencana penyelesaian, 3) pelaksanaan rencana, dan 4) memeriksa kembali semua langkah yang telah dikerjakan. Langkah pertama, memahami masalah, dalam langkah ini siswa dibimbing membaca soal dengan seksama untuk memahami permasalahan dengan mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Menurut Sudarman (2010:39), siswa dikatakan memahami masalah apabila siswa mampu mengemukakan data yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Setelah siswa memahami masalah dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Siswa menerjemahkan soal cerita ke dalam kalimat matematika. Dalam tahap ini, pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah dalam soal cerita mempengaruhi kemampuan menyusun rencana penyelesaian. Semakin banyak pengalaman mereka, mereka cenderung lebih kreatif menyusun rencana penyelesaian. Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat dan berhasil dirinci dengan lengkap, maka dalam langkah pelaksanaan rencana, penyusunan soalnya dibuat menjadi sederhana selanjutnya dilakukan perhitungan yang diperlukan. Kalimat matematika yang telah direncanakan kemudian dipecahkan. Setelah itu dicek apakah setiap langkahnya sudah benar. Selanjutnya langkah terakhir, langkah ini merupakan langkah penting yang tidak boleh dilupakan, yaitu melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan dari langkah pertama sampai langkah ketiga. Memeriksa kembali penyelesaikan soal cerita dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyelesaikan soal cerita atau masalah yang lain.
Dengan menerapkan langkah Polya kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita akan meningkat. Siswa menjadi terbiasa berpikir dan menyelesaikan masalah secara sistematis. Selain itu, langkah ini dapat digunakan untuk menggantikan metode konvensional yang kurang berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
Ignatius Supriyadi, S.Pd.
Guru SD Negeri Tlogo Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung