Wabah Pandemi COVID-19 berdampak pada menurunnya berbagai aktivitas di dunia termasuk pendidikan. Oleh sebab itu, pemerintah melalui pihak sekolah mengambil kebijakan untuk menanggulangi penyebaran COVID-19 serta kebijakan yang bersifat penanggulangan dengan melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ). Kendati demikian, pelaksanaan kebijakan ini perlu dipantau dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitasnya.
Salah satu alasan mengapa memilih jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) yaitu karena prospek kerja yang begitu luas. Jadi, setelah menyelesaikan pembelajaran di SMK Teknik Otomotif maka diharapkan bisa langsung bekerja sesuai kompetensinya dan bekerja di industri otomotif.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini tengah gencar merealisasikan program Link and Match. Program ini dibuat untuk mensinergikan antara pendidikan vokasi dengan Dunia Usaha, Dunia Industri dan Dunia Kerja (DUDIKA) guna meningkatkan penyerapan lulusan sekolah vokasi agar dapat menjadi tenaga kerja andal baik soft skill (disiplin, kejujuran, komitmen, kerjasama dan tanggungjawab) tanpa meninggalkan aspek hard skill (kompetensi teknis). Terdapat tiga alternatif Model Pendidikan yang dapat mengembangkan soft skill dan hard skill secara seimbang. Simanjutak dalam Heru Subroto (2004) mengemukakan tiga model pendidikan kejuruan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil, yaitu: (1) Sekolah Kejuruan, (2) Sistem Kerja Sama, dan (3) Kombinasi Pendidikan dan Latihan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara garis besar, materi pembelajaran dibagi menjadi dua bagian, yaitu: teori yang disampaikan di dalam kelas, dan praktik yang dilaksanakan di laboratorium/bengkel. Seluruh kegiatan pembelajaran teori dan praktik dilaksanakan secara daring dengan menitikberatkan pada bentuk-bentuk pembelajaran keterampilan dasar.
Pelaksanaan Link and Match di SMK Negeri 3 Semarang dengan melakukan Program Sistem Ganda (PSG) dengan DUDIKA selama 6 bulan. Peserta didik diberikan training secara online dan offline dari pihak sekolah dengan materi-materi yang dibutuhkan di DUDIKA. Dengan pemberian modul dan Learning Management System (LMS) peserta didik akan mendapatkan materi soft skill dan hard skill yang dibutuhkan DUDIKA.
Teknis yang kami gunakan untuk penerapan 8+i yang didalamnya termasuk Link and Match antara sekolah dengan DUDIKA yaitu perekrutan peserta didik yang mengikuti Program Sistem ganda (PSG) dan Program Training of Trainer (ToT) Guru. Program dimulai dengan guru memberikan training meliputi softskill dan hardskill kepada peserta didik yang diterima PSG selama 1 bulan. Bulan berikutnya peserta didik melakukan magang di cabang-cabang DUDIKA selama 5 bulan ke depan. Sistem ganda yang kami maksud adalah peserta didik melaksanakan training di DUDIKA tetapi proses pembelajaran di sekolah kami tetap berjalan seperti biasa dengan cara memberikan modul khusus untuk peserta didik yang mendapat kesempatan magang waktu pembelajaran di sekolah masih berlangsung. Sebelum Program Sistem Ganda berakhir DUDIKA akan mengadakan asesmen baik softskill maupun hardskill dengan peserta didik sebagai proses akhir dari program ini. Jadi peserta didik Program Sistem Ganda akan mendapatkan sertifikat yang nantinya digunakan bekal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan kompetensinya.
Program “Link and Match” ini sangat efektif tidak hanya menguntungkan dunia pendidikan yang menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dengan industri. Sebaliknya, industri pun merasakan hal yang sama dengan mendapatkan tenaga kerja andal, sekaligus menghemat pengeluaran untuk menjaring SDM baru karena telah sesuai dengan kebutuhannya. Bagi siswa juga sangat efektif meningkatkan ilmu yang didapat melalui pembelajaran yang dipraktekkan melalui proses program ini. Bagi guru juga turut dapat menambah kompetensinya yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Bagi Sekolah dapat menyusun program yang kompeten dan relevan dengan dunia kerja yang akan menghasilkan lulusan yang mudah terserap oleh pasar.
Oleh Rina Probowati
SMK Negeri 3 Semarang