. Perkembangan teknologi digital begitu pesat dan sudah menyebar kepada seluruh lapisan masyarakat. Namun kenyataannya hampir sebahagian masyarakat dan peserta didik khususnya belum mampu menggunakan teknologi tersebut secara baik. Penggunakan teknologi digital yang tidak tepat bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi kelangsungan kehidupan individu dan sosial. Oleh sebab itu literasi digital selayaknya diperluas agar dapat mendidik kepribadian bangsa. Profil Pelajar Pancasila merupakan pondasi yang tepat untuk peserta didik baik usia dini, SD, SMP maupun SMA. Beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Esa dan beraklak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis, adalah merupakan sistem dimensi sebuah litersai digital. Melalui pengetahuan terhadap dimensi-dimensi yang dijelaskan tersebut maka dapat diperluas konten materi dan prosedur pembelajaran literasi digital di dalam sekolah maupun luar sekolah.
Hague & Payton dalam bukunya Digital Literacy across the Curriculum, mengartikan literasi digital sebagai kemampuan individu untuk menerapkan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga seseorang dapat menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif, dan tetap menghiraukan keamanan elektronik serta konteks sosial-budaya yang berkembang. Pada konteks pendidikan, literasi digital yang baik juga berperan dalam mengembangkan pengetahuan seseorang mengenai materi pelajaran tertentu dengan mendorong rasa ingin tahu dan kreativitas yang dimiliki anak. Profil Pelajar Pancasila merupakan kumpulan kompetensi dan karakter esensial yang dapat dipelajari melalui lintas disiplin ilmu. Profil Pelajar Pancasila tertuang dalam 6 dimensi, yang mana setiap dimensi memiliki beberapa elemen yang dapat menggambarkan kompetensi dan karakter tersebut. Oleh sebab itu literasi digital diperlukan dalam masyarakat, khususnya anak untuk memilih berita yang dipresentasikan di media sosial. Literasi digital dimaknai sebagai kompetensi memahami, menganalisis, mengatur, mengevaluasi informasi dengan memakai teknologi digital. Literasi yang tidak baik bisa mengganggu pada psikologis anak. Hal ini diakibatkan oleh emosi anak atau siswa yang masih labil. Anak dalam menerima informasi belum mempunyai filter yang bagus, mereka menerima secara instan karena tidak didasari tentang kebenaran dan asal informasi tersebut. Ketidakmampuan anak mengartikan literasi digital berakibat pada watak dan sikap anak. Anak sudah terbiasa membaca, memberikan pernyataan (statement) berita-berita yang terdapat di media sosial. Statement-statement tersebuat bermacam-macam. Jika berita tersebut dianggap buruk, mereka secara cepat menulis statement yang bermakna membully, merendahkan, dan menenggelamkan. Jika berita tersebut dinilai baik, mereka dengan segera mengirim informasi tersebut ke akun miliknya atau status media sosialnya. Gejala ini tentunya sangat tidak diinginkan. Oleh sebab itu jalan keluar terbaik yang wajib dilaksankan pada anak adalah mengajarkan literasi digital yang terarah karena lambat laun literasi digital yang negatif akan berefek terhadap watak dan psikologis anak. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam berliterasi adalah 1). Literasi harus direvolusi untuk mencerdaskan anak milenial. Perlu juga percepatan program akselerasi literasi dengan beberapa langkah. Pemahaman paradigma literasi tidak hanya membaca dan bahan bacaan bukan hanya manual, melainkan juga digital. Literasi tidak sekadar membaca dan menulis, namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan berbentuk cetak, visual, digital, dan auditori. 2). Anak melenial kurang mengerti bahan bacaan berkualitas itu seperti apa. Di sinilah perlu adanya edukasi literasi kepada peserta didik. Harus ada budaya baca yang diciptakan di sekolah , keluarga dan kelompok masyarakat daripada “ngobrol doang” yang tak ada gunanya. 3). Peserta didik diberi kesempatan dan dibudidayakan untuk berkreasi membuat bahan literasi melalui bimbingan dan pengarahan para pendidik. 4). Literasi Digital bisa dilakukan dimana dan kapan saja, tidak harus disekolahan. Dengan literasi digital yang terarah akan meningkatkan Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan 6 dimensi. Yaitu dimensi beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Esa dan beraklak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis.
Proses pendidikan litereasi digital seyogyanya diawali sejak usia dini, wajib ada tata cara pendidikan literasi digital yang terstruktur. Materi Literasi digital bagi anak melenial
Oleh : Sugiyanto,S.Kom
Guru SMP Negeri 1 Pedam