Matematika merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan. Sehingga perlu diajarkan di sekolah termasuk di sekolah dasar. Hal ini berguna untuk menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta membentuk sifat dengan berpikir kritis dan kreatif. Dengan demikian pelajaran matematika perlu perhatian lebih demi tercapainya keberhasilan tersebut serta cabang-cabang ilmu yang lain.
Pembelajaran tematik muatan pelajaran matematika di SD Negeri 5 Bangsri Jepara, siswa mengalami kesulitan khususnya materi nilai tempat puluhan dan satuan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa hanya 60% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM di SD Negeri 5 Bangsri adalah 70. Rendahnya hasil belajar siswa karena kurang tepatnya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi lebih pada penekanan konsep.Tidak hanya kepada ”bagaimana” suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga pada ”mengapa” soal tersebut diselesaikan dengan cara tertentu. Dalam pelaksanaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, mengingat obyek matematika adalah abstrak, sedangkan siswa lebih-lebih siswa usia SD masih berpikir konkret.
Pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak. Karena matematika adalah ilmu deduktif, aksiotik, formal, hirarkhis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. (Karso,2004:1.4).
Dalam pembelajaran matematika di SD guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Dalam matematika belajar aktif tidak harus selalu dibentuk kelompok belajar aktif, di dalam kelas yang cukup besar pun bisa dilaksanakan. Dalam pembelajaran matematika siswa dibawa kearah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalau mungkin mendebat. Prinsip belajar aktif inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan sasaran pembelajaran matematika yang kreatif dan kritis.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dll. (Joyce, 1992:4).
Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa tentang nilai tempat puluhan dan satuan diantaranya adalah penerapa model Make –a match. Model pembelajaran Make –a match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerjasama, kemampuan berinteraksi, disamping berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan bantuan kartu(Wahab,2007:59).
Model Make- a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari tehnik siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi point, dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai yang telah disepakati bersama. Tehnik metode pembelajaran Make-a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorn Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Kelebihan dari model Make-a match adalah siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, meningkatkan kreativitas belajar siswa, menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti belajar mengajar, pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Penerapan model pembelajaran Make-a macth telah berhasil meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika dalam menentukan nilai tempat puluhan dan satuan. Hasil persentasi yang diperoleh mengalami peningkatan menjadi 94,9%.
Dengan menerapkan model pembelajaranMake-a match dapat meningkatkan minat siswa sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan.
Oleh : Mukhibatun, S.Pd.
(Guru SD Negeri 5 Bangsri Jepara)