Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari – harinya salah satunya adalah kebutuhan tidur. Masalah tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif, dan sosial anak. Masalah tidur pada anak usia sekolah dengan disabilitas dilaporkan lebih banyak dibandingkan dengan anak normal. Di SLB Marsudi Putra 1 Bantul, ada beberapa anak tunagarahita berpotensi mengalami berbagai macam masalah tidur, diantaranya yaitu kesulitan dalam memulai tidurnya, kesulitan dalam menjaga tidurnya, sering terbangun pada saat tidur dimalam hari, kekacauan dalam ritme sikardian, apnea, dan mendengkur.
Tidur yang berkualitas dapat menjaga kestabilan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan (Riyadi dan Widuri, 2015Menurut David (2009: 240) Masalah tidur merupakan gangguan medis pola tidur seseorang, dimana terdapat kumpulan kondisi yang berupa gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada setiap individu (Zahara, Skripsi 2013: 3).
Terdapat tiga penyebab utama yang paling berpengaruh dan menyebabkan terjadinya gangguan tidur diantaranya adalah kondisi medis, kondisi psikiatri, dan kondisi lingkungan adanya rangsangan sensorik dari lingkungan, dan keadaan medis juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur. Sebanyak 35-50% individu yang mengalami kelainan neuripsikiatri mengalami gangguan tidur, (Zahara, 2013).
Dari hasil survey di SLB Marsudi Putra 1 Bantul, ditemukan bahwa anak tunagrahita yang mengalami gangguan tidur dengan indikator anak yang tampak lesu, sering bangun kesiangan, terlambat masuk sekolah, dan tidak bergairah di kelas. Masalah tidur yang dialami anak tunagrahita berupa penolakan tidur (bedtime resistance), tidur terlambat (sleep onset delay), durasi tidur (sleep duration), kecemasan tidur (sleep anxiety), bangun malam hari (night waking), dan parasomnias. Parasomnias berarti perilaku tidak wajar disaat tidur, gangguan tidur yang menyebabkan suatu kejadian yang tidak diinginkan, seperti tindihan dan mimpi yang tidak wajar.
Anak tunagrahita yang mengalami gangguan tidur seperti kecemasan, sulit segera tidur, gelisah, mudah terbangun, mengigau, ngompol dan berjalan ketika sedang tidur. Untuk gangguan tidur sebaiknya menghindari pengunaan obat-obatan tanpa aturan dokter. Dalam Buku Panduan Kesehatan Sehari-hari dijelaskan bahwa minum pil tidur bukanlah solusi untuk mengatasi kasus sulit tidur. Hal ini justru membentuk kebiasaan dan menjadi kurang efektif bila dilakukan secara terus menerus, tanpa pendampingan dokter. Penggunaan obat tanpa aturan yang benar akan menurunkan intelegensi / kecerdasan, dan juga gangguan pencernaan, ruam kulit, menurunkan resistensi terhadap infeksi, ganggguan pernafapan, nafsu makan berkurang, ganggguan peredaran darah dan pernapasan, tekanan darah tinggi, ganggan ginjal dan hati, serta kekacauan mental. Untuk mengatasi sulit tidur secara mandiri harus difahami jadwal tidur yang teratur, tidur dan bangun pada waktu yang tetap. Tidur awal dan bangun awal adalah aturan yang baik.
Anak yang mengalami masalah tidur akan berdampak pada kualitas belajar dan perilakunya. Tidur yang berkualitas membentuk hidup yang berkualitas. Hidup yang berkualitas baik akan tercermin pada gairah hidup yang penuh semangat, optimis, ceria, selalu berpikiran positif, dan terhindar dari perasaan yang gelisah, malas dan pesimis. Maka dari itu penting untuk ditemukan faktor penyebab dan cara mengatasi masalah tidur pada anak tunagrahita. Sedini mungkin dan sekecil mungkin anak mengalami masalah tidur untuk segera dicegah dan dapat diatasi, serta dikondisikan anak dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya dengan sebaik-baiknya.
Dra. Tunzinah, MPd
Kepala SLB Negeri 2 Yogyakarta