JATENGPOS.CO.ID, – Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan dapat meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Guru sebagai unsur pokok penanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan.
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, dan lingkungan sosial. Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa merupakan faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dirunut melalui pemahaman hakikat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.
Realitanya keadaan SD dengan sistem guru kelas, tidak menutup kemungkinan banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan. Karena guru dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus diselesaikan pada setiap semester. Khususnya pada pelajaran matematika kelas VI materi yang harus diselesaikan sangat banyak, padahal dalam satu kelas belum tentu semua siswa mampu memahami materi dengan baik.
Pada pelajaran matematika, kebanyakan hanya siswa pandai yang mampu menangkap isi dari materi yang disampaikan oleh guru, sedangkan siswa lainnya masih sulit untuk memahami penjelasan materi dari guru sehingga sering dilakukan penjelasan materi secara berulang-ulang. Sebagian siswa juga masih beranggapan bahwa mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit. Hal ini dapat menghambat proses pembelajaran sehingga menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan materi, padahal untuk materi pelajaran matematika sangat banyak.
Oleh karena itu diperlukan suatu usaha agar pembelajaran siswa lebih menarik, bermakna, menyenangkan, mampu meningkatkan keaktifan siswa dan memudahkan siswa dalam belajar, serta guru tidak perlu mengulang materi. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil. Menurut Udin S. Winataputra (1999:38) pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melakukan sesuatu kegiatan atau memahami suatu konsep dalam kelompok kecil.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran matematika dengan tutor sebaya, pertama guru memilih siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Kedua, para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. Ketiga, guru memberikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam menyelesaikan soal matematika beserta cara mengerjakannya. Keempat, guru harus selalu memantau proses saling membantu tersebut. Langkah yang terakhir guru harus memberikan penguatan kepada kedua belah pihak agar anak yang membantu maupun yang dibantu merasa senang.
Dengan menggunakan tutor sebaya dapat menghilangkan ketakutan yang sering disebabkan oleh perbedaan umur, status dan latar belakang antara siswa dan guru. Antar siswa lebih mudah kerja sama dan komunikasi. Dengan demikian pembelajaran matematika akan lancar dan tidak memerlukan banyak waktu untuk mengulang materi.