Bagaimana pelajaran sejarah menurut sebagian besar peserta didik? Pertanyaan tersebut sering penulis lontarkan kepada peserta didik pada saat awal pertemuan di kelas X IPS di SMA Negeri 4 Purwokerto. Ternyata sebagian besar peserta didik menganggap pelajaran sejarah itu pelajaran yang membosankan, menyebalkan, ngantuki, dan tanggapan negatif lainnya. Penulis kejar lagi dengan pertanyaan “Bagaimana solusinya?” Ternyata tidak banyak diantara mereka yang mencari solusi untuk menghilangkan hal-hal negatif yang mereka pikirkan.
Rata-rata mereka biarkan saja sampai akhirnya timbul perasaan tidak suka terhadap pelajaran sejarah. Jika dibiarkan terus menerus maka tidak akan mudah untuk menanamkan nasionalisme melalui pelajaran sejarah. Untuk itulah diperlukan adanya solusi untuk mengatasinya.
Media pendidikan adalah alat atau bahan yang digunakan di proses pengajaran atau pembelajaran. (KBBI, 2001: 726).
Sedangkan menurut Association of Education Communication Technology (AECT) pengertian media adalah segala bentuk dan aturan yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. (Arif S. Sadiman, dkk. 2005 : 6). Media pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, merasakan, perhatian dan motivasi. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka penulis mempunyai ketetapan bahwa media pembelajaran harus dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera yang dapat mengantarkan pesan kepada peserta didik melalui komunikasi dan interaksi guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
Ada beberapa media pembelajaran, salah satunya adalah media ATM yaitu Amati, Telusuri, dan Manfaat. Dalam kegiatan belajar mengajar materi Kronologi dan Periodisasi, peneliti menugaskan peserta didik untuk membawa Ijazah SD dan SMP sebagai media pembelajaran. Peserta didik mengamati media yang dibawanya kemudian menelusuri sejarahnya dan mengambil manfaat dari hal – hal yang sudah dipelajarinya.
Penerapan media ATM dalam pembelajaran sejarah materi Sumber Sejarah dapat memanfaatkan media Power Point untuk menjelaskan materi dengan singkat dan menarik. Teknis pelaksanaannya dapat dikombinasikan dengan media lain yang mendukung.
Misalnya ketika mempelajari materi sumber sejarah berupa sumber tertulis melalui power point, peserta didik memperhatikan dan kemudian dapat menunjukkan contoh sumber tertulis melalui benda-benda yang dibawanya dari rumah. Teman-temannya memperhatikan dan mengamati dengan langsung berbagai contoh sumber tertulis. Dengan variasi media tersebut akan mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang sedang dipelajari, dan menghindari verbalisme.
Ketika materi selanjutnya yaitu sumber sejarah berupa sumber benda, pemanfaatan media power point juga dapat dikombinasikan dengan pemberian contoh melalui benda yang sesungguhnya. Guru menjelaskan dengan singkat melalui power point, kemudian peserta didik menunjukkan di depan kelas beberapa contoh sumber benda. Miniatur candi Borobudur yang ditunjukkan peserta didik merupakan media yang dapat dilihat dan dipegang serta diamati secara langsung, sehingga menarik perhatian peserta didik dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Masih banyak contoh sumber benda yang dapat ditemui peserta didik di lingkungan sekitarnya.
Demikian pula ketika guru menjelaskan tentang sumber sejarah berupa sumber lisan, penjelasan singkatnya dapat memanfaatkan media power point, namun pemberian contohnya dapat dilakukan oleh peserta didik dengan memberikan contoh nyata yang dapat diperoleh di lingkungan sekitarnya.
Media “ATM” dapat diterapkan dalam beberapa materi sejarah. Dengan media “ATM” melalui mengamati secara langsung, menelusuri, dan mengambil manfaat dari materi, maka peserta didik akan tertarik, dan mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya. Ketika peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarinya maka dia akan senang dalam belajar sejarah, dan tentu akan meningkatkan hasil belajarnya.
Slamet Fatonah, S.Pd.
Guru SMA Negeri 4 Purwokerto