JATENGPOS.CO.ID, – Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Pengajaran menurut Rohani, (2004: 4) merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pengajaran matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola serta memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, agar siswa dapat berpikir secara sistematis, logis, berpikir abstrak, menggunakan matematika dalam pemecahan masalah, serta melakukan komunikasi dengan menggunakan simbol, tabel, grafik dan diagram yang dikembangkan melalui pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Menurut Mulyasa Pembelajaran matematika memerlukan media yang sesuai karena, suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik.
Menurut Suharta dalam pembelajaran matematika selama ini banyak siswa mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki siswa .
Usia sekolah yang berada antara rentang umur 5-12 tahun merupakan tahap perkembangan anak yang melibatkan aspek sekolah dalam kehidupannya. Para orang tua berkeyakinan bahwa tugas orang tua adalah bekerja dan mengasuh, sementara tugas anak pada rentang usia tersebut difokuskan untuk belajar.
Sebagian orangtua masih memandang belajar sebagai proses perolehan pengetahuan yang pasif dengan materi yang terstruktur dan hasil belajar yang dapat diramalkan. Biasanya jika menjelang musim ulangan, orangtua sibuk mencari berbagai macam soal ulangan tahun sebelumnya. Kepanikan orangtua terhadap pendidikan anak juga menjadi semakin besar dengan kurikulum pendidikan kita sekarang ini.
Dengan menggunakan media konkrit banyak siswa Sekolah Dasar (SD) yang hasil belajarnya rendah menjadi meningkat. Untuk itu guru disarankan menerapkan model pembelajaran demikian agar hasil belajar siswa meningkat.