Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) memberikan berbagai keterampilan dasar yang akan menjadi pondasi awal pengetahuan peserta didik. Pada pembelajaran di SD terdapat lima mata pelajaran pokok yang tercantun dalam kurikulum di Indonesia dan selalu diberikan pada setiap jenjang pendidikan, salah satunya yaitu mata pelajaran Matematika. Menurut Septiani, (2016) “Pendidikan Matematika pada jenjang pendidikan SD memiliki peran penting dalam proses pendidikan peserta didik”. Menurut Susanto (2013) “Matematika merupakan disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi serta memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari”.
Pada usia SD (7-8 tahun hingga 12-13 tahun), menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini maka peserta didik usia SD pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang bersifat abstrak, karena keabstrakannya Matematika relatife tidak mudah untuk dipahami oleh peserta didik SD pada umumnya.
Seperti yang terjadi di Kelas V SDN 06 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang pada materi “memahami pecahan, memahami arti penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berbeda penyebut, serta mampu mengaplikasikannya”, peserta didik masih mengalami kesulitan dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik kurang bisa memahami tentang pecahan itu sendiri dikarenakan guru tidak menggunakan media yang dapat menunjang dalam pembelajaran pecahan.
Hakikat Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang logika, mengenai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja serta memberikan dukungan dalam perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam pembelajaran Matematika berbeda antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya.
Minat belajar meruapakan permasalahan dalam Matematika yang dinilai membutuhkan perhatian utama. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan menawarkan strategi pembelajaran dan memperkenalkan media benda konkrit yang tepat sesuai dengan tahapan belajar peserta didik SD. Menurut H. Malik (1994), mengatakan bahwa Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pengertian Media Pembelajaran lainnya adalah segala bentuk media yang membawa pesan atau informasi bertujuan pembelajaran. Media Pembelajaran berguna sebagai sarana meningkatkan belajar dan mengajar. Pada materi pecahan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengaplikasi penggunaan media pembelajaran yaitu media Blok Pecahan. Media Blok Pecahan akan mengenalkan bilangan-bilangan pecahan pada peserta didik melalui media atau alat peraga pecahan. Menurut Djaelani (2013) mengemukakan bahwa Media Blok Pecahan merupakan media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mengkontruksikan pemahaman pada materi pecahan yang bersifat abstrak karena bentuknya yang simetris sehingga memudahkan peserta didik dalam membagi lingkaran menjadi beberapa bagian yang sama besar. Selain itu, Media Blok Pecahan dapat dibuat dari bahan-bahan yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti karton bekas atau kertas warna-warni yang dibentuk menjadi beberapa bagian yang sama sesuai dengan jumlah pecahan yang diinginkan sehingga lebih memudahkan guru dalam proses pembuatannya.
Dengan digunakannya Media Blok Pecahan ini maka peserta didik lebih termotivasi dalam belajar, karena dengan Media Blok Pecahan ini secara tidak langsung peserta didik belajar sambil bermain. Dengan penngunaan Media Blok Pecahan ini hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
Oleh
SETIATI, S.Pd
Guru SDN 06 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang