Pelaksanaan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud No 64 Tahun 2013 tentang standar isi, disebutkan bahwa peserta didik diharapkan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing dan mengarahkan peserta didik agar terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD N 1 Ngadirojo sudah menerapkan berbagai model pembelajaran namun peserta didik masih cenderung belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik juga cenderung bosan saat mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajarnya rendah. Agar peserta didik aktif dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran guru perlu menggunakan alat bantu/ media dalam proses pembelajaran. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik lebih tertarik mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran tidak hanya bersifat monoton yang berpusat pada guru saja.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi pelajaran kepada peserta didik dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini didukung dengan menurut Arsyad (2015:10), Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat peserta didik dalam belajar.
Fungsi dari media pembelajaran dapat membantu memudahkan belajar peserta didik, memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi lebih konkret), menarik perhatian dan minat belajar peserta didik dan mempraktikan teori secara nyata. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi kosa kata baku dan tidak baku, banyak materi yang perlu diingat sehingga dibutuhkan media yang menarik dan menantang dalam mengingat.
Teka Teki Silang (TTS) dipilih sebagia media pembelajaran dalam menyampaikan muatan pelajaran Bahasa Indonesia materi kata baku dan tidak baku peserta didik kelas 5 SD N 1 Ngadirojo. Teka-teki silang (Crossword puzzle) ditemukkan pertama kali oleh Athur WyNe pada tanggal 2 Desember 1913 yang kemudian di muat dalam majalah “New York Work” dengan format seperti saat ini yang kita dijumpai baik dalam bentuk buku maupun majalah dan media lain. TTS salah bentuk permainan untuk mengisi ruang-ruang kosong yang merupakan jawaban dari pertanyaan. Keistimewaan dari strategi ini adalah melatih berpikir dalam unsur kegembiraan dalam menyatakan kata-kata yang dibentuk baik secara vertikal maupun horizontal yang saling berhubungan.
Media pembelajaran Teka Teki Silang (TTS) merupakan suatu permainan maka untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pembelajaran pun diimbangkan menggunakan model Team Games Tournament (TGT). TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar yang beranggotan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan jenis kelamin dan suku ras yang berbeda. Pemanfaatan media TTS dengan TGT dimulai dari tahap penyajian kelas, belajar kelompok, permainan, pertandingan dan penghargaan kelompok. Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan TTS guru harus mempersiapkan kartu TTS, membagi siswa, mengarahkan peraturan permainan.
Media TTS guru pilih karena peserta didik merasa senang harus berkompetisi dengan kelompok lain dan peserta didik dapat belajar sambil bermain. Terbukti setelah menerapkan media TTS peserta didik lebih semangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia materi kata baku dan tidak baku. Semakin meningkatnya keaktifan peserta didik secara otomatis hasil belajar peserta didik juga meningkat.
Oleh
Umi Faizah, S.Pd
SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali