Membangun Karakter Siswa dengan “Keju Kami”

Tri Rimbawanti, S.S Guru SMK Negeri 3 Kendal

JATENGPOS.CO.ID, – Di era sekarang, orang tua lebih percaya pada institusi pendidikan untuk membentuk karakter anak-anak mereka. Fenomena Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak menjadi kekhawatiran yang berlebihan bagi sebagian orang tua. Ada yang beranggapan bahwa jam pembelajaran di sekolah lebih mudah di kontrol daripada di rumah karena ada teman dan guru yang mengarahkan.

Peran guru dalam PPK tidak hanya mengajarkan materi dengan baik atau jadi guru yang baik tetapi juga sebagai orang tua di sekolah. Sebagianorang tua memberikan kepercayaan penuh agar sekolah bisa membimbing, mendidik, memberi teladan yang baik, dan berperan langsung dalam membangun karakter sehingga bisa menjadikan anak memiliki pribadi yang berkarakter. Dalam dunia pendidikan, salah satu karakter yang dikembangkan adalah jujur.

Jujur sangat penting dalam budaya akademik sekolah. Jadi jujur ini harus menjadi perhatian pelaku pendidikan. Anak harus selalu diingatkan akan pentingnya berbuat jujur dan guru harus dapat dijadikan teladan dalam hal ini, selain memberikan motivasi dan fasilitasi. Untuk siswa misalnya, apalah artinya nilai yang bagus jika hal itu dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur. Keberkahan nilai akan berpengaruh dengan kehidupan di masa mendatang. Jadi siswa juga harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam kejujuran seperti tidak mencontek atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya.

Baca juga:  Tingkatkan Keberanian Siswa dengan Literasi Digital

Sebuah keberhasilan yang didapat dengan cara-cara tidak jujur sejatinya adalah keberhasilan semu. Pernahkah kita mendengar ada anak yang mendapatkan nilai yang tinggi tetapi kesulitan untuk sukses dalam hidupnya. Nilai itu bukan hanya sesuatu yang ditulis di atas kertas tetapi juga nilai-nilai yang perlu kita terima, kita pahami, kita hayati, dan kita laksanakan. Nilai tinggi itu bagus dan harus diperjuangkan tetapi kita harus juga mengembangkan perilaku positif yang lain dan menjalin komunikasi/relasi dengan baik.

iklan

Lembaga pendidikan yang bagus tentu menanamkan karakter jujur ini sebagai pilar utama selain nilai karakter religius, berpikir kritis, kreatif, pentingnya komunikasi, dan lainnya. Masalahnya adalah bagaimana lembaga pendidikan mendesain dan mengimplementasikan kejujuran dalam bidang akademik itu untuk siswa, guru, dan stake holder sekolah lainnya.

Baca juga:  Standarisasi Tingkatkan Prestasi Peserta Didik

Siswa dan guru adalah pelaku utama dalam kejujuran akademik. Untuk itu, siswa perlu mendapat arahan dan tindakan yang tepat. Bagaimana siswa bisa memastikan memegang teguh kejujuran akademik? Budaya akademik ini tidak serta merta ada dan terimplementasi dengan baik. Kuncinya adalah guru dan sekolah. Terkadang sekolah tidak begitu peduli, namun kalau ada guru-guru yang tetap berkomitmen maka hal ini akan tetap berjalan. Guru ibarat mutiara yang tidak akan kehilangan nilai dimanapun tempatnya berada.

Peraturan akademik sekolah dapat menjadi jembatan dalam penerapan budaya akademik ini ke siswa-siswanya. Melalui peraturan itu siswa akan tahu/membaca apa yang menjadi pembiasaan, aturan, dan mekanisme reward dan punishment di sekolah. Siswa yang melanggar diberikan pembinaan yang baik dan yang berkomitmen diberikan apresiasi.Mekanisme reward dan punishment dan pendokumentasiannya juga dapat dilakukan dengan bantuan beberapa pihak seperti BP/BK, bagian kesiswaan, dan pihak-pihak lain yang dilibatkan. Catatan pelanggaran yang dikelola oleh BP/BK ini di catat/disalin di dokumen khusus yang dimiliki oleh setiap siswa agar dokumen ini lebih terjaga dan siswa selalu mengingat pelanggaran yang pernah dilakukannya dan tidak akan mengulangi kesalahan lagi.

Baca juga:  Dampak GLS bagi Siswa Sekolah Dasar

 

Tri Rimbawanti, S.S

Guru SMK Negeri 3 Kendal

iklan