JATENGPOS.CO.ID, – Searle (dalam Suwito, 1983:33)mengatakan bahwa tindak tutur ialah tindak produkatau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan satuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujut pernyataan, perintah,tanya atau yang lainnya.
Berkaitan pemakaian bahasa Indonesia di sekolah, ragam tuturan siswa sering dijumpai meyimpangdari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Banyak siswa yang memiliki kemampuan bertutur kurang baik,sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan terhambat. Keberhasilan seseorang dalam bertutur tercermin pada ketersampaian ide-ide pada lawan bicara. Didalamnyapemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok untuk mengadakan interaksi.
Bahasa Indonesia di sekolah hendaknya mampu menjembatani komunikasi antar pemakai bahasa. Para pemakai bahasalah yang seharusnya mewujudkan dan memelihara ketersampaianpesan. Seharusnyapihak-pihak yang berkepentingan tidak perlu menterjemahkan secara berbelit setiap bahasa yang dituturkan siswa, hanya karena siswa kurang mampu menyampaikan pesan dengan baik. Ini tidak akan terjadi bila tuturan siswa itu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kecakapan siswa dalam bertuturterkadang tidak sesuai dengan harapan kita. Tuturan mereka sulit dipahami, belum bisa mewakili ide yang akan dia sampaikan.
Berikut adalah contoh-contoh hasil pengamatan penulis bahasa tutur siswa-siswi di sekolah di ruangan kantor guru:
“Bu, Bu Pipitnya ada?”;
“Pak, mau bertemu Bu Herlinanya ada pak?”;
“Ngumpulin tugas Pak Andinya, Bu?”;`
“Ke mananya Bu Herlina Bu?”
“Mejanya Bu Herlinanya mana ya Bu”.
“Yang mananya Bu, yang harus Saya bawa?”
Sepintas bahasa-bahasa tutur siswa tadi komunikatif dan sangat
famiiler ditelinga kita. Siswa sudah terbiasa dengan bahasa jawa yang digunakan setiap hari. Bahasa tuturan siswa tersebut translite dari tuturan Bahasa Jawa sebagai berikut:
” Bu, Bu Pipite enten”?;
“Pak mau ketemu Bu Herlinane enten?”;
”Numpukake tugas Pak Andine” ;
“Enten pundine Bu Herlinane Bu?”
“Mejane Bu Herlinane pundi Bu?”
“Ingkang pundine,ingkang kula betha?”
Tuturan-tuturan berbahasa Jawa itupun sering dituturkan siswa.Siswa mengoper begitu saja tuturan keseharian ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Sangat disayangkan. Pembelajaran di kelaspun kurang terserap dengan baik. Seharusnya bahasa tuturan siswa menjadi benar seperti berikut:
”Bu, apa Bu Pipit ada?”
“Pak, Saya akan bertemu dengan Bu Herlina.”
“Apakah Bu Herlina ada ?” ;
“Bu, Saya akan mengumpulkan tugas dari Pak Andi.“ ;
“Ke mana Bu Herlina Bu?”
“Meja kerja Bu Herlina yang mana, Bu?”
“Yang mana Bu, buku yang harus saya bawa?”
Pada kalimat-kalimat tuturan tersebut penggunaan imbuhan-nya sudah tidak diperlukan, karena informasi belum disebutkan sebelumnya, sehingga kalimat tanya yang dihasilkan mengandung kata tanya indefinitif. Informasi yang dibutuhkan bukan informasi yang sepenuhnya baru, tetapi informasi yang belum diyakini kebenarannya.
Siswa kurang paham bertutur yang baik dan benar. Bertutur dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar menjadi prioritas utama.Orang yang mendengarkan tuturanyapun akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan. Tidak mudah bagi siswa untuk segera bisa bertutur dengan baik dan benar. Banyak kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa tutur antara lain disebabkan oleh adanya pengaruh bahasa yang digunakan untuk bertutur dalam kesehariannya. Bahasa yang digunakan berkomumikasi melalui aplikasi WA[WhatsApp], line,Chat,facebookdll. Hal ini mengakibatkan bahasa tutur yang digunakan menjadi tidak baik, mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa yang menyimpang dari kaidah berbahasa yang baik dan benar.
Penutur bahasa Indonesia yang baik dan benar terasa semakin langka.Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan sejak dini, kepada para siswa agar mereka tidak mengikuti penggunaan bahasa tutur yang salah. Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap bahasa tutur siswa di sekolah.Guru hendaknya memberi keteladanan bertutur yang baik dan benar. Apabila siswa sedang bertutur kepada siapapun di sekolah, mohon diperhatikan dan jangan sungkan-sungkanmembetulkan tuturan siwa yang salah dengan cara koreksi langsung terhadap tuturan siswa yang salah bersama siswa tadi dibenahi bersama guru, sehingga tuturan siswa menjadi tuturan baik dan benar. Penggunaan kosa kata dan struktur bahasa asing yang terserap kedalam tuturansiswa harus terus dilakukanpembetulannya. Dengan catatan semuapersonalia di sekolah kompak dalam melakukan pembinaan bahasa tutur siswa.
Perlunya pemahaman yang intens terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui pembejaran. Para siswa diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok, dan puisi. Lalu siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar. Sehingga bahasa tutur merekapun berangsur sempurna, semakin baik dan benar.
.
Dra.Eko Sulistyowati,M Pd.
Guru SMK Negeri I Plupuh, Sragen