Sungguh sangat menakjubkan apa yang dilakukan Nur Khalim seorang guru SMP dari Wringinanom, Kabupaten Gresik. Ketika semua orang merasa geram dan marah melihat dia ditantang dengan kata-kata kasar oleh salah satu siswanya di dalam kelas, sang guru ini memilih untuk bersikap sabar. Bahkan ketika siswanya tersebut meminta maaf, dia peluk siswanya itu dengan penuh kasih sayang. Dengan lembut dan penuh ketulusan guru itu berkata “ Kamu sudah bapak maafkan nak, kamu saya anggap sebagai anakku sendiri”. Sang guru berlaku demikian bukan karena ia merasa takut atau karena dia tidak memiliki rasa marah. Dia berlaku demikian karena sadar bahwa mendidik siswa itu butuh keteladanan, kesabaran dan kelembutan hati.
Sabar adalah salah satu sifat terpuji yang harus kita tanamkan kepada para siswa. Secara bahasa sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Sedangkan menurut istilah sabar ialah menahan dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah (Yunahar Ilyas, 2009: 134). Sabar juga berarti tahan menderita atau tahan uji dalam mengabdi pada Allah.
Sifat sabar akan menjadikan orang senantiasa dalam kebaikan dan kebahagiaan. Sebagaimana disampaikan Rosulullah saw “ Sangat menakjubkan semua urusan orang yang beriman, sesungguhnya segala urusan itu baik baginya. Apabila ia mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian sangat baik dan apabila ia tertimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya”.(HR. Muslim)
Budiharjo dalam bukunya yang berjudul Dakwah Dan Pengentasan Kemiskinan megartikan teladan (uswah) adalah keadaan seseorang yang diikuti orang lain. Teladan yang baik berarti perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan hati nurani yang diikuti orang lain (2017:97). Mendidik dengan keteladanan berarti seorang guru menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi para siswa, sehingga diharapkan peserta didik akan mencontoh dan mengikuti perilakunya tersebut.
Rosulullah adalah salah satu contoh yang mengajarkan kesabaran dengan keteladanan. Sebagaimana diceritakan Aisyah bahwa beliau tidak pernah marah ketika selalu dihina oleh seorang pengemis Yahudi yang buta. Bahkan Rosulullah selalu mengirimnya makanan setiap hari, serta menyuapinya dengan halus dan sabar. Hal ini menggambarkan bahwa Rosulullah mengajarkan kesabaran dengan memberikan keteladanan yang baik (uswah hasanah). Sebagaimana difirmankan Allah dalam AlQuran “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
Keteladan guru sangat dibutuhkan dalam menanamkan nilai-nilai kesabaran pada siswanya. Karena dengan keteladanan dari guru, nilai-nilai kebaikan yang disampaikan akan lebih mudah diterima siswa. Sebagaimana data yang disampaikan Umar Hasyim (1999:158) dalam bukunya Cara Mendidik Anak Dalam Islam bahwa keberhasilan dalam mendidik adalah 75% dengan metode keteladanan dan 25% dengan sistem lisan atau ceramah.
Adalah sebuah hal yang mustahil tujuan pendidikan dapat tercapai tanpa sebuah keteladanan, baik dari pendidik, orang tua maupun lingkungannya. Kita tidak bisa berharap siswa kita menjadi penyabar jika gurunya saja sering marah-marah.. Sebagaimana sebuah peribahasa yang mengatakan guru kencing berdiri murid kencing berlari. Jadi seorang guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Sehingga guru menjadi sentral dan rujukan siswanya dalam berpikir dan bersikap.
Sholihul Muslim, S.Pd.I
Guru PAI SMPN 2 Selopampang Temanggung