Bahasa dan sastra dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan satu bentuk karya seni yang menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Dengan demikian, memahami bahasa, termasuk gaya bahasa secara baik, akan membantu pembaca memahami pesan yang terkandung di dalam karya sastra yang dibaca. Kemampuan tersebut hanya melalui proses pembelajaran yang baik pula.
Sementara dilain pihak pendidik yang mengajar di SMA khususnya SMAN 2 Cepu sendiri belum siap menyambut perubahan paradigma baru pembelajaran karya sastra yang terjerat kondisi pembelajaran lama mengakibatkan pembelajaran sastra menjadi biasa-biasa saja bahkan cendrung tidak menarik. Mempelajari sastra tidak dipahami sebagai cara menyampaikan informasi dan fakta tertentu saja proses kemampuan peserta didik harus terlibat secara batin memaknai karya sastra sekaligus mampu meningkatkan bahasa. Pendidik terpusat menyampaikan teori-teori mengikat penciptaan maupun pemaknaan karya sastra. Seringkali pendidik terikat etika pembelajaran yang kaku, buku teks yang digunakan, dan silabus membatasi kreatifitas, untuk menentukan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai, untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas 11 semester dua tahun 2020/2021 ini.
Pengajaran drama di sekolah khusus di kelas 11 selama ini disinyalir kurang memuaskan. Pembelajaran drama tidak semata-mata bertujuan peserta didik menjadi sastrawan, dramawan handal, melainkan memberi kemampuan mengapresiasi drama. Apresiasi peserta didik lebih meminati, bersikap positif terhadap drama.
Persoalan muncul dalam pengajaran drama, pendidik masih belum memahami secara baik mengajarkan drama. Drama dimaknai sandiwara sulit diajarkan di kelas. Padahal dalam pengajaran drama terutama teks drama seharusnya dijadikan sarana yang membantu upaya peningkatan kemampuan berbahasa peserta didik. Terkait itu, pendidik memerlukan pemahaman segala sesuatu yang berkaitan dengan hakikat drama termasuk didaktik dan metodik pembelajaran.
Bertolak fakta di atas berkaitan peran drama dalam pengembangan watak dan karakter generasi muda bangsa, sudah saatnya pembelajaran drama dikelola secara professional untuk mencapai tujuan. Para pendidik penting melakukan kajian mengenai pengembangan metode, teknik pembelajaran drama efektif yang sesuai, berupaya meningkatkan kecakapan sastra bagi peserta didik. Pertanyaannya, apakah pendidik telah menguasai anatomi drama khusus berhubungan dengan apa, mengapa drama dan bagaimana mereka mengorganisir pembelajaran drama di kelas. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut paling tidak diharapkan dapat memberi sedikit pengetahuan kepada pendidik sehingga mampu mendesain pembelajaran drama dengan baik.
Drama salah satu karya sastra secara etimologi berasal dari bahasa Yunani i“dran” berarti melakukan sesuatu (Suwardi 2005:189). Sementara Waluyo (2006:1), mengungkapkan drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.
Selajutnya pembelajaran jenis karya sastra lainnya, beberapa langkah pembelajaran terkait dengan analisis drama untuk meningkatkan aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor siswa sebagai berikut: Tahap persiapan pengumpulan bahan, menentukan jumlah orang yang terlibat, menentukan bentuk cara naskah, mencari tahu alur cerita pentasan, dan bagaimana dialog yang dikembangkan. Tahap analisis struktur drama, menentukan tema, pengarang, judul, jenis teks dan informasi penulisan. Bagian utama, menganalisis pengorganisasian ruang, waktu dan tindakan. Apakah yang dilakukan para tokoh di mana dan kapan? Bagaimana adegan dipaparkan? Bagaimana puncak ceritera?. Penutup, meminta peserta didik membuat kesimpulan, perlu mengaitkan ceritera.
Drama hakikatnya bagian karya sastra harus diajarkan di SMA. Artinya sebelum belajar tentang drama, pembelajaran harus memiliki kemampuan dalam menganalisis materi tentang drama. Untuk itu, pengajaran drama di kelas 11 oleh pendidik memiliki kemampuan mengajar drama. Memahami apa itu drama, baik tradisional maupun modern, memahami manfaat drama serta tahu bagaimana drama diajarkan. Pendidik diberi ruang dan waktu mengembangkan kreativitas dalam mengajarkan drama. Berbagai sarana pendukung media pengajaran berupa buku maupun peralatan bermain drama. Saatnya penyelenggara pendidikan, sekolah memikirkan solusi permasalahan dalam pengajaran drama sehingga pembelajaran drama mampu mengembangkan potensi besar bagi peningkatan kemampuan akting bermain drama peserta didik yang berguna. Semoga!!!
Oleh
Drs. Antonius Untung Wintoro
Guru SMA Negeri 2 Cepu