Menghidupkan Kembali Permainan Tradisional Anak-anak

Dra. Widiastuti Nugroho Guru SMA Negeri 1 Wonogiri
Dra. Widiastuti Nugroho Guru SMA Negeri 1 Wonogiri

JATENGPOS.CO.ID, – Dewasa ini, kecanggihan teknologi membuat anak-anak lebih menikmati untuk menghabiskan waktu luangnya dengan bermain aplikasi game yang ada pada handphone milik mereka atau orang tua mereka. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi, beberapa anak mulai kecanduan game tersebut hingga enggan untuk bermain di luar rumah. Hal tersebut akan berdampak besar bagi proses sosialisasi anak dengan lingkungannya. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat proses sosialisasi ini sangat berperan penting dalam kehidupan anak. Menurut Peter L.Berger, sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi di dalam masyarakat(Kun Maryati dan Juju Suryawati,2007). Adapun tujuan sosialisasi untuk membentuk diri seseorang agar dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat di mana ia tinggal.

Salah satu cara untuk mengurangi dampak dari kecanggihan teknologi tersebut adalah mengenalkan anak-anak pada permainan tradisional. Permainan tradisional dianggap mampu mengembangkan konsep diri, komunikasi, dan kreatifitas pada anak. Selain itu, permainan tradisional juga turut membentuk pribadi anak menjadi pribadi yang lebih terbuka dan mampu bekerja sama dengan teman sebayanya. Sebagai contoh, permainan sunda manda atau engklek misalnya.Permainan ini mengharuskan pemain untuk mengangkat satu kaki dan melompat dengan satu kaki lainnya untuk melewati kotak-kotak dalam bidang/area permainan. Permainan membutuhkan gacu(berupa pecahan genting,pecahan keramik) untuk dilempar sebagai tanda keberadaan pemain. Melalui permainan tersebut, motorik kasar anak akan terlatih lewat keaktifan gerak,melenturkan tubuh, melatih ketahanan.

Baca juga:  Angkrek Sebagai Media Menggambar Busana

Selain permainan sunda manda, permainan pasaran juga memiliki manfaat untuk anak-anak. Permainan pasaransebenarnya mengadopsi pola proses jual beli selayaknya penjual dan pembeli di pasar tradisional, biasanya pemainnya tidak terbatas, bisa 2 orang atau lebih dan terjadi komunikasi yang aktif dari masing-masing pemain dengan aktif namun tetap kreatif dan cerdas. Permainan pasaran mengembangkan kreativitas anak dengan imaginasi anak menciptakan bahan pasaran. Misalnya mereka membuat gudangan dari bermacam-macam dedaunan dan ampas kelapa(bekas memasak ibu di dapur).Dedaunan mereka iris-iris menyerupai bahan gudangan yang sebenarnya. Kemudian membuat tahu-tahunan dan tempe dari tangkai daun pisang. Selanjutnya mengambil tali putri buat bakmi-bakminan. Setelah bahan pasaran jadi mulai proses jual-beli, anak mengenal konsep bilangan dan nilai mata uang. Tanpa disadari anak-anak ini telah belajar biologi(mengenal tumbuh-tumbuhan), melatih komunikasi verbal,melatih motorik halus dan motorik kasar. melatih anak bersosialisasi dengan teman-temannya.

Baca juga:  Snipping Tool Tingkatkan Pembelajaran TIK

Sebenarnya, permainan ini belum sepenuhnya ditinggalkan. Masih ada beberapa anak-anak perempuan yang bermain pasaran sepulang sekolah. Ada juga beberapa anak yang masih senang bermain sunda manda atau engklek. Hanya saja, jumlah peminatnya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, perlu adanya dukungan dari orang tua dan masyarakat untuk melestarikan permainan tradisional ini.


Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghidupkan kembali permainan tradisional. Pertama, perkenalkan anak dengan permainan tradisional lewat video dari youtube dan mengajaknya untuk bermain bersama. Kedua, membangun komunitas dengan masyarakat setempat untuk mengenalkan kembali permainan tradisional tersebut dengan lebih menarik. Misalnya, mengadakan lomba permainan tradisional pada saat perayaan hari Kemerdekaan Indonesia. Ketiga, membatasi waktu anak untuk bermain gadget agar anak tidak kecanduan dengan game.

Diharapkan dengan adanya kerjasama antara orang tua, anak-anak dan lingkungan, permainan tradisional yang mulai terpinggirkan ini dapat hidup kembali dan membuat anak-anak lebih mudah bersosialisasi.

Baca juga:  Gallery Walk Tingkatkan Pemahaman IPS

Dra. Widiastuti Nugroho

Guru SMA Negeri 1 Wonogiri