JATENGPOS.CO.ID, – Kesempatan emas itu bernama Pendidikan Guru Penggerak. Diterima sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan ke-7 tentu menjadi “anugerah istimewa”. Bagaimana tidak, terpilih dari 235.411 pendaftar CGP angkatan ke-7 tentu bukan kebetulan belaka. Dari ratusan ribu pendaftar tersebut, hanya 16.854 yang dinyatakan lolos dan bisa mengikuti Pendidikan Guru Penggerak angkatan ke-7. Pendaftar di Kabupaten Wonogiri lebih dari 2000 guru, dan hanya 252 guru yang dinyatakan bisa mengikuti Pendidikan Guru Penggerak angkatan ke-7. Lantas, apa yang harus dilakukan selepas lolos seleksi Pendidikan Guru Penggerak?
Tentu saja, ini harus dipahami sebagai kesempatan berharga. Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak adalah wahana untuk terus belajar mengenai pembelajaran dan pendidikan. Melalui program ini, para guru disiapkan sebagai pemimpin pembelajaran. Inilah keunikan dan keunggulan program ini yang tidak ditemukan di program lainnya. Para guru harus tertantang untuk bisa bergabung dan menjalani pendidikan melalui program ini.
Kekhawatiran semula muncul. Perasaan ini tak bisa dipungkiri, muncul ketika harus memulai Pendidikan Guru Penggerak. Terbesit pertanyaan, apakah mampu mengikuti tiap tahapan yang ditentukan? Bagaimana bisa memenuhi setiap tugas yang diberikan? Pertanyaan ini wajar muncul, mengingat padatnya agenda serta banyaknya tugas Pendidikan Guru Penggerak. Belum lagi berbagai kewajiban di luar program yang selama ini menjadi aktivitas rutin, sebagai guru, pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), menjadi salah satu koordinator di Tim Pengembang Konten Pendidikan dan Pembelajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri, kepala keluarga, maupun anggota masyarakat. Namun, kekhawatiran itu akhirnya terjawab. Kegiatan lokakarya orientasi, forum diskusi eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, serta elaborasi dua minggu ini menjawab semua kegelisahan.
Optimisme muncul begitu merasakan “aura kebersaman” di Program Guru Penggerak. Ada banyak guru pilihan tergabung di Pendidikan Guru Penggerak ini. Mereka semua siap bahu membahu menyukseskan program ini. Dengan satu cita, masuk bersama lulus bersama. Dari sinilah kemudian trigger untuk tetap semangat mengikuti program ini didapatkan. Program Guru Penggerak harus dinikmati setiap tahapannya.
Semangat membara semakin menggelora saat harus melakukan aksi nyata. Implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara di kelas menjadi sarananya. Pembelajaran yang harus menghamba ke murid menjadi pijakan. Di sinilah muncul perasaan, selama ini pembelajaran masih jauh dari falsafah dan ajaran luhur Bapak Pendidikan Indonesia.
Melalui Program Guru Pengegrak banyak pelajaran penting didaptkan. Pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi nasihat yang menggugah. Setelah belajar pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia ini, perasaan masih jauh dari nilai-nilai luhur yang diajarkan beliau semakin dirasa. Makna pendidikan yang harus menuntun, pembelajaran berpusat pada murid, pentingnya penanaman budi pekerti, serta mendidik sesuai tuntutan kodrat alam dan zamannya menjadi pelajaran berharga didapatkan.
Belajar di tahap awal Pendidikan Guru Penggerak mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantara, menjadi pemacu untuk terus menyelami lebih dalam lautan ilmu Pendidikan Guru Penggerak ini. Optimisme bisa lebih baik dalam mengikuti setiap tahapan program ini harus selalu dijaga. Bukan hanya itu, apa yang didapat harus diimplementasikan, tentu saja dalam lingkup kelas maupun sekolah. Program unggulan ini diyakini akan melahirkan para pemimpin pembelajaran yang dapat diandalkan dalam melanjutkan transformasi pendidikan Indonesia. Saatnya guru Indonesia tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Tiba saatnya pendidikan negeri ini ditingkatkan kualitasnya. Jalan emas itu bernama Pendidikan Guru Penggerak.
Agus Dwianto
Guru IPA SMP Negeri 1 Baturetno,
CGP Angkatan ke-7