Karakteristik anak usia SD (7-11th) menurut Jean Piaget (2002.Tingkat Perkembangan Kognitif. Jakarta, Gramedia) adalah berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan nyata. Anak akan menemui kesulitan bila belajar hal yang abstrak. Guru idealnya menerapkan pendekatan dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan peraga benda nyata terlebih lagi bila benda-benda mudah dijumpai di lingkungan sekitar. Dengan melihat secara langsung dan bahkan bisa menyentuhnya benda yang dipelajarinya, pembelajaran lebih menarik minat siswa sehingga tujuan pembelajaran mudah tercapai. Belajar bukan hanya menerima pengetahuan yang diberikan guru saja. Belajar juga bukan sekadar untuk mendapatkan nilai , tetapi agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Di SD Negeri Senepo, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), belum sepenuhnya melibatkan benda-benda nyata yang ada di lingkungan sekitar sebagai pendekatan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Pembelajaran masih sering terpusat dengan buku-buku dan di dalam ruangan kelas saja, sehingga berpengaruh pada minat belajar siswa yang rendah yang dapat dilihat dengan nilai yang rendah juga pada mata pelajaran IPA, serta perilaku siswa yang kurang “cerdas” dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Slameto (2003: 57) siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut: 1) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus. 2) Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.
Di kelas 6, dalam mata pelajaran IPA Kompenteni Dasar 3.1 Membandingkan cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan, dan Kompetensi Dasar 4.1 Menyajikan karya tentang perkembangbiakan tumbuhan, siswa kesulitan untuk memenuhi kompentensi tersebut karena siswa tidak memiliki gambaran yang nyata tentang wujud benda (tumbuhan dan hewan) yang dipelajarinya. Menurut Ibrahim (2008:119) media benda nyata adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Dengan melihat benda yang sesungguhnya, siswa merasa senang dan tertarik untuk belajar serta tetap mengingatnya bahkan mau memanfaatkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Banyak siswa jadi suka bercocok tanam dengan memafaatkan lahan sekolah atau rumah yang masih kosong serta memelihara hewan terutama hewan ternak untuk dikonsumsi, obat-obatan, mendapatkan penghasilan atau untuk hobi saja. Hal lebih membanggakan lagi, mereka mampu bersikap “cerdas” untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Penggunaan peraga benda nyata dalam pembelajaran dapat membantu kelancaran, efektif dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak-anak jadi lebih asyik dan senang sehingga pembelajaran juga menjadi semakin bermakna. Hasil pembelajaran yang langsung bisa dilihat yaitu ketika evaluasi pada pelajaran IPA kelas 6, khususnya pada Kompetensi Dasar 3.1, 80% nilai siswa di atas KKM, bahkan beberapa siswa mendapat nilai 100.
Berdasarkan bukti-bukti di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda nyata jauh lebih efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu, metode ini juga membangkitkan semangat siswa untuk memiliki karakter yang baik masa depannya. Sebab sesungguhnya pembelajaran bukan hanya sekedar untuk memiliki pengetahuan, tetapi juga untuk memiliki keterampilan dan karakter seperti yang dirumuskan dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
Oleh C. Retno Anggraeny, S.Pd. SD.
Guru SD N Senepo, Kutoarjo, Purworejo