Siapa yang tidak suka dengan bermain peran? Bermain peran adalah permainan yang sangat disenangi oleh setiap anak anak termasuk orang dewasa sekalipun,belajar dengan menggunakan bermain peran membuat anak tidak merasa terbebani karena anak bisa mengeksplor kemampuan bahasanya dengan baik ,menimbulkan pengalaman belajar yang maksimal , seperti kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran,siswa melibatkan seluruh emosi dan panca indranya untuk menghadapi permasalahan yang telah disediakan oleh guru,siswa secara aktif berkomunikasi dengan teman temannya ( tanya jawab) dengan situasi yang telah dikondisikan oleh guru. siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan strategi pemecahan masalah.
Pemahaman materi tentang hitung sederhana bagi anak anak kelas rendah di SD Negeri2 Pandanarum masih kurang terbukti dengan rendahnya nilai pada mata pelajaran matematika,oleh karena itu guru mempunyai inisiatif untuk merubah metode mengajar dari teacher center menjadi student center yaitu dengan metode bermain peran. tujuan metode pembelajaran bermain peran yaitu:memberikan pengalaman konkret dari apa yang telah dipelajari,mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran,menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan social,menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.Langkah-Langkah
Metode Pembelajaran Bermain Peran Menurut Uno (2007), ada tujuh langkah pelaksanaan model pembelajaran bermain peran, diantaranya yaitu:Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan demi mencapai tujuan tertentu.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.Memilih Peran,Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendiskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.Menyusun Tahap Peran. Pada tahap ini para pemeran menyusun garis besar adegan yang akan dimainkan.Menyiapkan Pengamat.
Sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.Pemeran. Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing, pemeran bisa berhenti jika para peserta didik telah merasa cukup.Diskusi dan Evaluasi. Setelah melakukan peran, analisis bermain peran tersebut. Para pemain diminta untuk mengemukakan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan, begitu pula dengan peserta yang lain. Diskusi dimulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.Membagi Pengalaman dan Mengambil Kesimpulan. Pada tahap ini peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik bisa diungkap atau muncul secara spontan.
Menurut Amri dalam Ningsih (2014, hal. 52) “metode bermain peran adalah pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memakai materi yang dipelajari”.Diharapkan setelah menggunakan metode bermain peran pemahaman anak anak tentang materi hitung meningkat dan tuntas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh sekolah.
OLEH: NORMAN YULIA,S.Pd.SD
GURU SD NEGERI 2 PANDANARUM KABUPATEN BANJARNEGARA