Menulis Puisi dengan Metode Berbantuan Fishbone lebih Mudah

Arief Rahmawan, M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen
Arief Rahmawan, M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen

Pembelajaran menulis puisi di kelas X pada kompetensi dasar nomor 4.17 Kurikulum 2013, selama ini dinilai masih kurang optimal. Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang hanya mengajarkan teori tanpa memberikan pemahaman manfaat dan fungsi sosial dari puisi. Produksi puisi yang dihasilkan peserta didik masih sangat diafan, kering, kurang kreatif, dan hanya sebatas meniru contoh-contoh puisi yang ada. Peserta didik merasa kesulitan dalam memilih diksi dan menuliskan rangkaian puisi yang kreatif. Pembangkitan proses kreatif tersebut belum optimal. Selain itu, kualitas hasil belajar peserta didik masih di bawah harapan. Padahal, minat belajar menulis puisi pada peserta didik sebenarnya cukup tinggi jika dibandingkan dengan menulis teks sastra lainnya, teks cepern misalnya.

Menyadari kurang optimalnya pembelajaran menulis puisi, guru harus kreatif dalam mendesain pembelajaran. Salah satu metode yang dapat diterapkan sebagai alternatif adalah metode menulis berantai berbantuan fishbone. Metode ini memadukan konsep belajar kooperatif dan medium pembangkitan imajinasi menggunakan media fishbone (tulang ikan). Melalui pembelajaran kooperatif ini, penguatan karakter dapat dibidik. Karakter yang dapat diperkuat sekurang-kurangnya adalah kreativitas, demokratis, komunikatif, tanggung jawab, dan gemar membaca.
Metode menulis berantai berbantuan media fishbone memiliki empat tahap utama dalam pembelajaran. Tahapan tersebut yaitu menyepakati tema dan aturan penulisan, melakukan penggalian ide, menuliskan setiap bait puisi secara berantai, dan menyanyikan puisi yang sudah dibuat sesuai aransemen lagu yang telah disepakati pada tahap pertama.

Baca juga:  Coolingsaw Aktifkan Pembelajaran IPS di SD

Tahap pertama, menyepakati tema dan aturan penulisan puisi khas kelompok. Peserta didik dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (3-5 anggota). Setelah dibagi ke dalam beberapa kelompok, peserta didik menyepakati tema puisi yang akan dibuat bersama dan aturan penulisan. Aturan penulisan ini meliputi sejumlah kata kunci, jumlah suku kata dan rima yang disesuaikan dengan pilihan lagu yang nanti akan digunakan untuk menyanyikan puisi hasil buatan peserta didik. Aturan penulisan puisi yang telah disepakati ini dituangkan dalam media berbentuk tulang ikan (fishbone).
Tahap kedua, melakukan penggalian ide. Peserta didik diberi kebebasan untuk melakukan penggalian ide. Teknik penggalian ide dapat dilakukan dengan tur virtual, observasi, mendengarkan musik, atau menyimak video.

Baca juga:  Tingkatkan Kemampuan Menulis Karangan dengan Penggunaan Media Gambar Seri

Tahap ketiga, menulis puisi secara berantai. Setelah melaksanakan penggalian ide, peserta didik menuliskan puisi secara berantai sesuai hasil kesepakatan bersama pada tahap pertama. Peserta didik pertama menuliskan satu baris pertama dalam kertas yang telah disediakan. Lalu kertas tersebut digeser searah jarum jam diberikan pada peserta didik kedua untuk menuliskan baris selanjutnya. Demikian seterusnya sampai puisi benar-benar selesai ditulis. Di sebelah kanan baris puisi dituliskan nama peserta didik yang menulis puisi tersebut. Setelah puisi selesai ditulis, peserta didik secara berkelompok mendiskusikan hasil tulisan bersama tersebut. Selain itu, peserta didik juga merapikan tulisan dan menyunting baris-baris puisi yang dirasa kurang pas.


Tahap keempat, menyanyikan puisi yang telah dibuat. Tahap ini adalah bentuk presentasi dari hasil tahapan-tahapan sebelumnya. Setiap kelompok harus mempresentasikan puisi yang telah dibuat dengan cara dibacakan secara deklamasi dan dinyanyikan. Setiap kelompok bebas memilih lagu yang akan digunakan dalam mempresentasikan puisi yang telah dibuat, misalnya lagu Rasa Sayange, Andeca Andeci, atau lagu-lagu terbaru yang dapat digunakan untuk menyanyikan puisinya sesuai dengan ksepakatan kelompok dalam tahap pertama.

Baca juga:  Peer Tutoring Gairahkan Belajar Siswa

Kelebihan metode ini dibanding dengan metode konvensional adalah membuat peserta didik dan antusias dalam pembelajaran. Karena berbasis permainan kelompok, metode ini membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Dalam pembelajaran menulis puisi, peserta didik dapat aktif menuangkan imajinasinya, meneruskan baris yang telah lebih dulu ditulis teman-temannya. Peserta didik juga dapat belajar menghargai keberhasilan orang lain dan menerima kekalahan dengan lapang dada. Nilai-nilai inilah yang dapat terinternalisasi secara tidak sadar ke dalam peserta didik.

Arief Rahmawan, M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen