JATENGPOS.CO.DI, – Ketrampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Diperlukan usaha lebih dari guru untuk mengajak siswa untuk kreatif dan berfikiran kritis dalam kegiatan menulis, khususnya teks tulis bergenre Hortatory Exposition. Teks ini termasuk dalam jenis teks eksposisi yang memang termasuk tulisan serius di mata siswa. Beberapa siswa merasa kesulitan karena dalam proses menulis melibatkan unsur pernyataan gagasan disertai dengan argumen – argumen yang kuat kemudian ditutup dengan simpulan dan atau saran.
Penulis mendapati bahwa hampir sebagian besar tulisan siswa hanya copy paste dari sumber lain, misalnya buku pelajaran atau situs internet. Hanya sedikit dari mereka yang berupaya untuk menulis berdasar kreatifitas pemikiran mereka sendiri.Siswa menyajikan tulisan dengan menyalin dari beberapa sumber tanpa menyebutkan asal-usulnya atau bahkan mengklaim itu tulisan karyanya. Dan ini sudah termasuk plagiat di kalangan siswa SMA.
Akan semakin menghawatirkan jika sikap memudahkan plagiat semacam itu terbawa saat kelak mereka melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Siswa akan menjadi pembelajar yang tidak kreatif dan inovatif.Sedemikian bahayanya praktik plagiat, pemerintah bahkan menerbitkan sebuah Permendikbud No.17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat. Praktik plagiat harus dicegah sejak dini lewat pembelajaran di kelas.
Penulis kemudian berpikir bahwa mungkin proses pembelajaran masih kurang optimal dan perlu diupayakan pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif. Penulis kemudian menggagas sebuah kegiatan belajar yang pada prosesnya memanfaatkan Photovoice untuk menghasilkan tulisan bergenre Hortatory Exposition. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran aktif bersifat partisipatori. Siswa dijadikan pusat pembelajaraan (student centered learning) dan berpartisipasi aktif.
Berikut penjabaran prosedur Photovoice yang diterapkan dalam pembelajaran menulis eksposisi di kelas, mengacu pada prosedur yang dipakai Wang & Burris,1997 (dalam Strown and Monama:2012). Pertama adalah memilih target audience dan partisipan. Dalam hal ini target audience nya adalah kepala sekolah, pegawai tata usaha serta siswa lain, sedangkan partisipannya adalah siswa kelas XI di SMA tempat penulis mengajar. Target audience nanti sebagai pembaca tulisan yang dibuat oleh partisipan.
Langkah kedua adalah mengenalkan metodologi Photovoice kepada partisipan, sekaligus membahas tentang teknik dan etika penggunaan kamera serta menentukan tema. Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok- kelompok kecil. Guru mendorong siswa untuk aktif berdiskusi untuk menentukan dan merencanakan foto yang akan mereka ambil berdasarkan tema tersebut. Foto diambil diluar jam pelajaran, disarankan saat istirahat atau sesaat sesudah jam sekolah usai. Foto boleh diambil dengan menggunakan kamera digital atau kamera telephone genggam.
Siswa kemudian menulis teks Hortatory Exposition sederhana berdasar foto yang telah mereka ambil. Tulisan dan foto adalah hasil individu tetapi mereka didorong merencanakan dan mendiskusikan dalam kelompok. Dengan berdiskusi, mereka saling mengingatkan bagaimana alur pola teks eksposisi yang tepat.Siswa jadi terdorong untuk aktif menulis tanpa menyalin dari sumber lain. Setelah proses mengedit dalam kelompok (peer editing), siswa mempresentasikan tulisannya di depan kelas. Tulisan-tulisan itu kemudian ditampilkan dalam pameran mading yang disaksikan oleh para target audience.
Pada akhir kegiatan pembelajaran dengan Photovoice, seluruh siswa dapat menghasilkan tulisan teks Hortatory Exposition sederhana secara kreatif, tidak lagi mengandalkan copy paste saja dari internet. Ide siswa dapat tereksplore dengan lebih baik dengan teknik tersebut. Dengan penerapan Photovoice ini, kemampuan siswa untuk menulis teks eksposisi dapat meningkat tanpa plagiat.