Masa kanak – kanak adalah masa bermain. Masa yang memandang lingkungannya sebagai permainan yang menyenangkan . Mereka akan merasa jenuh dan tersiksa, pada yang bersifat monoton. Misalnya harus mendengarkan ceramah guru di kelas, atau harus menghafalkan materi pelajaran .
Saratnya muatan kurikulum dan tingginya tuntutan target yang harus dicapai oleh guru, kadang menjadikan pembelajaran monoton dan sangat membosankan. Apalagi dalam pembelajaran IPS yang menuntut banyak hafalan. Seperti yang terjadi di Sekolah kami, SD N 1 Jampirejo Temanggung.Untuk menghindarkan hal tersebut , guru harus dapat mewujudkan sekolah sebagai tempat indah yang selalu dirindukan anak-anak. Dan proses belajar sebagai permainan yang menyenangkan. Guru harus mampu mengemas pembelajaran secantik mungkin, dan menghadirkannya sebagai permainan yang menyenagkan. Tanpa mengurangi esensinya. Hingga tanpa sadar siswa merasa senang dan terhindar dari kejenuhan . Selain itu belajar sambil bermain akan memberi kesempatan pada siswa untuk lebih aktif,daripada hanya sekadar mendengarkan ceramah Guru.Pemikiran itu seperti yang telah disampikan Dave Meier (2004; 92-100) bahwa kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura – hura, Kegembiraan berarti bangkitnya motifasi belajar, dan keterlibatan penuh yang akan membahagiakan bagi si pembelajar.
Untuk mewujudkan pembelajaran tersebut, dibutuhkan kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang patut dicoba adalah model pembelajaran “talking stick.” Dalam model pembelajaran ini siswa akan menggunakan tongkat sebagai sarana belajar mereka. Adapun langkah-langkahnya ialah: 1) Pendidik mempersiapkan tongkat berongga yang panjangnya sekitar 20 cm. 2) Pendidik menyampikan materi yang hendak dipelajari, dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempelajari materi. 3) Peserta didik berdiskusi membahas permasalahan dari sebuah wacana yang diberikan, 4) Setelah siswa berdiskusi dan mempelajari materi , guru menginstruksikan siswa untuk menutup buku. 5) Guru memberikan tongkat yang telah diisi dengan pertanyaan kepada siswa, kemudian memutar lagu atau mengajak seluruh siswa bernyanyi, sambil memberikan tongkat secara berantai kepada teman di sebelahnya. Kemudian lagu itu dihentikan dengan tiba – tiba, dan siswa yang mendapat giliran memegang tongkat pada saat lagu tersebut berhenti, harus menjawab pertanyaan yang ada di dalam tongkat tersebut. Demikian berulang – ulang dengan guru mengganti pertanyaan dan lagu yang berbeda, sehingga semua siswa mendapat giliran.menjawab. 6) guru membuat kesimpulan.7) Kegiatan evaluasi / penilaian. 8) Penutup.
Dengan model pembelajaran ini , siswa akan asyik dan gembira karena ada unsur bermain. Lebih- lebih siswa yang tidak dapat menjawab akan dihukum dengan cara menari , dan siswa lainnya menyanyi. Kegembiraan semacam ini akan menumbuhkan semangat belajar bagi siswa, dan akhirnya meningkatkan prestasi belajar mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Paulo Fraire bahwa pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan baik fisik maupun psikologis. Sebab tekanan apa pun , hanya akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.
Dengan pemaparan di atas, terbukti bahwa model pembelajaran tolking stick merupakan salah satu model pembelajaran menyenangkan , yang dapat mendongkrak prestasi siswa.
Wahyu Sriningsih, SPd SD
Guru Sd N 1 Jampirejo Temanggung