JATENGPOS.CO.ID, – Wabah malas belajar mulai menjalar di kalangan pelajar. Wabah ini menyerang pelajar di daerah pinggiran sampai ke kota besar baik dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Hal ini dibuktikan dengan dalam satu rombongan belajar hanya lima anak yang aktif belajar dalam proses belajar mengajar maupun belajar dirumah. Sekarang ini, Mereka menganggap belajar bukan sesuatu yang penting dan harus diutamakan dalam pendidikan.
Perkembangan Teknologi dan Informasi yang semakin cangggih ternyata tidak berdampak positif terhadap semangat belajar siswa. Mereka cenderung menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang tidak mendukung pembelajaran, seperti bermain bola, playstation, game online dan smartphone. Lebih tragisnya, mereka terlibat dalam perkelahian, tindak kriminalitas, dan pergaulan bebas. Motivasi belajar siswa yang rendah menyebabkan mereka tidak dapat belajar optimal selama di kelas.
Menurunnya semangat belajar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu kurangnya daya dorong dari dalam diri siswa untuk tekun belajar, meliputi faktor fisiologis yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu seseorang dan faktor psikologis yang di sebabkan oleh kondisi kejiwaan individu (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan konsentrasi). Faktor Ekstrinsik yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi dorongan belajar siswa, meliputi dukungan orang tua, Peran Guru di sekolah, Pengaruh Lingkungan sosial dan ekonomi.
Penurunan semangat belajar ini mengakibatkan menurunnya prestasi siswa dalam pembelajaran. Penurunan prestasi siswa yang drastis ini mendorong kita untuk melakukan revitalisasi semangat belajar anak. Untuk menyelamatkan generasi pembelajar, tindakan untuk  merevitalisasi semangat belajar ini bersifat penting dan mendesak.
Banyak cara dilakukan untuk merevitalisasi semangat belajar siswa, salah satunya dengan berkomunitas. Komunitas belajar ini sangat efektif untuk membangkitkan semangat belajar agar mereka menyadari pentingnya belajar dan beraktualisasi. Komunitas belajar merupakan kelompok belajar bersama, yang pintar mengajari yang kurang pintar, sedangkan yang kurang pintar belajar memahami, dan bertanya agar bisa untuk mengejar ketinggalannya.
Pelaksanaan belajar dengan berkomunitas dilakukan dengan cara membuat kelompok belajar. Kelompok belajar yang dibentuk beranggotakan minimal 2 orang (kelompok kecil) dan bisa juga bergabung menjadi kelompok yang lebih besar. Pelaksanaannya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan diluar pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diterapkan dalam berbagai macam metode pembelajaran. Sedangkan komunitas belajar diluar pembelajaran dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan klub belajar.
Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari komunitas belajar. Manfaatnya antara lain membangkitkan semangat berbagi, menumbuhkan kesetiakawanan sosial, meningkatnya kualitas hasil belajar, meningkatkan inovasi dan kreatifitas, menumbuhkan keterampilan dan pemahaman serta meningkatkan tekad dan energi.
Sebagai penutup, Keberhasilan merevitalisasi semangat belajar ini tergantung dari motivasi masing – masing individu serta dukungan dari guru, orang tua dan teman dalam kelompok belajar.  Semangat belajar memiliki peran penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Melalui komunitas belajar ini mampu meningkatkan kualitas anak dalam bersosialisasi, saling berbagi, beradaptasi dan saling menolong untuk mencapai tujuan bersama.
Wiwik Angraini, S.Pd
Guru IPA SMP Negeri 1 Sayung, Kab. Demak.