Metode Delapuspita untuk Menulis Teks Cerita Pendek

Praheni, S.S. SMK Negeri 1 Salatiga
Praheni, S.S. SMK Negeri 1 Salatiga

JATENGPOS.CO.ID – Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan salah satu sarana yang berperan penting sebagai alat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Agar proses komunikasi itu berjalan dengan lancar, maka dalam mengajarkan bahasa Indonesia fokus pada empat segi keterampilan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Menulis merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik seperti halnya keterampilan berbahasa lainnya yaitu berbicara, membaca, dan menyimak.

Menulis bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami peserta didik selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus (Dawson, dkk., dalam Nurchasanah 1997:68).

Tujuan pembelajaran menulis adalah agar peserta didik mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1994). Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, peserta didik dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya.

Pembelajaran menulis memiliki berbagai macam bentuk, menulis karangan salah satunya. Faktanya hasil belajar kompetensi memproduksi teks cerita pendek masih rendah. Peserta didik mengaku kurang berminat pada pembelajaran memproduksi teks cerita pendek karena merasa mengalami kesulitan dalam merangkai kata untuk dituangkan dalam teks cerita pendek. Selain itu, peserta didik belum mengaitkan pengetahuan mengenai fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar sebagai penunjang untuk melahirkan cerita fiksi.

iklan
Baca juga:  Bahasa Daerah Diambang Kepunahan

Cerita fiksi atau cerita rekaan adalah dunia imajinatif. Pada hakikatnya, cerita fiksi merupakan hasil olahan imajinasi penulis berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa.

Dalam buku paket Bahasa Indonesia; Ekspresi Diri dan Akademik (2013:23), cerita pendek merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Sebagai sebuah karya yang kreatif, cerpen harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia.

Guru hendaknya bijak dalam memilih metode, teknik maupun media pembelajaran agar penilaian dalam pembelajaran tidak bersifat teoritik. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam PP RI No. 32 Th. 2013 tentang Perubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,  Bab IV Pasal 19 ayat 1.

Metode Delapuspita dalam menulis teks cerita pendek bertujuan melatih peserta didik lebih kreatif dalam menuangkan gagasan dalam pembuatan cerita. Proses penciptaan dapat dikembangkan dengan metode ini sehingga peserta didik termotivasi untuk menghasilkan karya cerita pendek. Diharapkan penggunaan media ini memberikan nilai kebermanfaatan bagi peserta didik. Dengan berlatih terus menerus, peserta didik lebih kreatif dan mempertajam daya imajinasi sesuai dengan kemampuan mereka.

Baca juga:  Keimanan Digital

Metode delapuspita yaitu akronim dari dengarkan lagu(dela), pusatkan pikiran(pus-pi), dan ta (ciptakan). Adapun maksud metode pembelajaran “delapuspita” adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara peserta didik diberikan stimulus atau rangsangan berupa menyimak sebuah lagu lalu berdasarkan lagu yang sudah didengar, peserta didik mampu mengambil tema maupun cerita dalam lagu yang sudah didengarkan. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk mencipta atau menulis teks cerita pendek bersumber dari lagu tersebut.

Dalam memilih lagu yang akan diperdengarkan, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih tiga lagu yang akan dijadikan sumber inspirasi. Tujuannya agar lagu-lagu yang telah dipilih oleh peserta didik adalah lagu favorit mereka sehingga akan lebih mudah dapat proses penciptaan teks cerita pendek.

Tahap berikutnya, setiap peserta didik memajang hasil karyanya untuk diperlihatkan kepada peserta didik yang lain. Cerita pendek yang sudah dibaca oleh peserta didik lain boleh dikoreksi ulang, misalnya memperbaiki bentuk ejaan maupun pemilihan kata yang tepat.

Selanjutnya perwakilan peserta didik tampil di muka kelas untuk membacakan (mengomunikasikan) hasil karyanya, sedangkan peserta didik yang lain mengamati dan diperkenankan mengajukan pertanyaan (questioning) kepada peserta didik yang mempresentasikan karyanya. Guru bisa menambahkan hal-hal yang belum dipahami oleh peserta didik dalam teks cerita pendek.

Baca juga:  Memperkuat Pendidikan Karakter Mengantisipasi Krisis Moral

Dengan bertanya peserta didik dapat menggali pengetahuan atau nilai-nilai yang terdapat dalam teks cerita pendek. Setelah menggali informasi melalui proses bertanya, peserta didik dapat mencoba untuk memperbaiki teks cerita pendek. Dalam tahap ini peserta didik dapat menganalisis informasi.

Dengan metode “Delapuspita”, peserta didik dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, membangun secara mandiri pengetahuannya melalui berbagai sumber belajar, memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuan akademik, kecakapan pribadi dan sosial, serta berlatih untuk mengembangkan ide. Hal ini sesuai dengan pendidikan karakter bangsa yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik. Peran guru dalam metode pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator dan motivator agar peserta didik dapat memproduksi teks cerita pendek dengan baik.

Metode ini terbukti dapat membantu peserta didik sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang unsur dan struktur teks cerita pendek. Melalui tahapan observasi, questioning, eksperimen, asosiasi, serta komunikasi, peserta didik dapat berlatih untuk bereksplorasi dan bersosialisasi dengan baik.

Praheni, S.S.
SMK Negeri 1 Salatiga
iklan