Adaptasi merupakan hal yang penting dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup. Begitu pula adaptasi dalam pembelajaran di sekolah pasca dikeluarkannya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2022 Tentang Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 pada Masa Transisi Menjadi Endemi. Hal tersebut berisi pandemi COVID-19 yang terkendali, imunitas masyarakat tinggi, kesiapan kesehatan yang lebih baik sehingga diberlakukan penghentian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).Hal ini juga merubah proses pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan secara daring menjadi pembelajaran tatap muka normal kembali. Adaptasi perlu dilakukan oleh satuan pendidikan,guru, siswa maupun orang tua.
Muatan pelajaran Ilmu Pengetahun Alam (IPA) diajarkan sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah.IPA di SD merupakan muatan pelajaran penting dikarenakan mencakup ilmu yang mempelajari tentang fakta, lingkungan alam atau peristiwa di alam. Tujuan pembelajaran IPA di SD agar siswa dapat memahami lingkungan alam dan sekitarnya. Untuk mencapai hal tersebut, pembelajaran IPA di SD harus menggunakan metode yang tepat bagi siswa. Dengan cara melaksanakan pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya
Pembelajaran IPA di SD dengan metode ceramah dan diskusi belum mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Siswa hanya terfokus mempelajari materi dari teks dan diskusi dengan teman. Hal ini juga terlihat di kelas V SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Nilai rata- rata pada muatan pelajaran IPA di bawah KKM 72 dan prosentase ketuntasan KKM yang masih rendah yaitu 57 %. Berdasarkan permasalahan tersebut guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dan memudahkan siswa memahami teori yang dipelajari dengan mengalami prosesnya secara langsung. Metode eksperimen merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Menurut Hamdayana (2016), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Melalui metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengeksplor lingkungan berdasarkan eksperimen yang dilakukan, mengamati suatu objek atau suatu fenomena. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati dan mengalami prosesnya, membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya,, dilanjutkan menyampaikan hasil pengamatan dan percobaan tersebut di kelas untuk dievaluasi bersama. Melalui metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, menarik pembuktian, dan mengambil kesimpulan sendiri dari proses yang dilakukan.
Metode eksperimen yang tepat diterapkan bagi siswa SD adalah eksperimen terbimbing. Hal tersebut terdiri dari percobaan awal, pengamatan, hipotesis awal, verifikasi dan aplikasi konsep. Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau mengamati fenomena alam yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Siswa mengamati dan mencatat peristiwa saat eksperimen berlangsung. Siswa merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. Pembuktian dari dugaan awal dilakukan melalui kerja kelompok dengan membuat kesimpulan dan melaporkan hasilnya. Terakhir siswa memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari hari berdasarkan teori dan percobaan yang sudah dipelajari.
Hasil belajar siswa pada muatan pelajaran IPA di kelas V dengan metode eksperimen meningkat. Hal ini terlihat dari adanya perubahan proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, siswa lebih memahami teori yang dipelajari dan berantusias menyampaikan kesimpulan hasil temuannya. Nilai rata – rata siswa juga diatas KKM 72 dan prosentase ketuntasan KKM yang tinggi 76 %.
Susi Widiawati, S. Pd.
Guru SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan