Mengingat pembelajaran IPA sangat penting dalam kehidupan manusia, maka IPA harus diajarkan di sekolah – sekolah dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Namun, realita yang ada pada jenjang Sekolah Dasar menganggap mata pelajaran IPA sangat sulit sehingga minat siswa untuk mengikuti KBM kurang bergairah, siswa sangat pasif selama pembelajaran.
Hal ini kemungkinan dikarenakan kondisis pembelajaran yang diciptakan guru tidak kondusif, guru tidak pernah mempersiapkan secara khusus dalam mengajar baik dari media maupun penggunaan metode yang masih dominan pada metode ceramah, sehingga siswa menjadi bosan. Dan pada akhirnya prestasi belajar siswa belum mencapai ketuntasan.
Hal ini dialami oleh siswa kelas VI SD Negeri 2 Kalilandak mata pelajaran IPA pada materi perkembangbiakan tumbuhan secara generatif. Dari jumlah 19 anak hanya 7 siswa (36,8%) yang memperolaeh nilai di atas KKM dan 12 siswa (63,2%) masih di bawah KKM., dengan nilai rata – rata 63 padahal nilai KKM nya 70.
Berdasarkan kondisi pembelajaran tersebut perlu diadakan upaya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Guru berasumsi bahwa penggunaan multimedia diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri 2 Kalilandak, karena multimedia dapat membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, dapat pula menampilkan gerak yang bisa dipercepat atau diperlambat sehingga lebih mudah diamati serta dapat menampilkan detail suatu benda atau proses, yang membuat penyajian menjadi lebih menarik, dan tidak membosankan.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa kelas VI SD Negeri 2 Kalilandak, seorang guru mencoba mengganti metode pembelajarannya dengan menggunakan metode pembelajaran “ Inkuiri”.. Pembelajaran inkuiri membuat siswa untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara sistematis, kritis, logis, dan dianalisis dengan baik. Model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Langkah – langkah model pembelajaran inkuiri: a). Guru memberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa ( tahap orientasi ), b). Merumuskan masalah. Pada tahap ini siswa mencoba untuk merumuskan masalah yang diberikan guru, c). Siswa diminta untuk membuat hipotesis dari permasalahan tersebut.
Perumusan masalah bisa mengambil dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan., d). Mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan harus berkaitan dengan permasalahan yang diberikan. Dalam tahap inilah siswa akan dapat mengembangkan intelektualnya karena siswa diminta untuk berpikir kritis dan realita., e). Menguji hipotesis, yaitu siswa menyesuaikan antara data yang diperoleh dengan hipotesis yang dirumuskan., f). Menarik kesimpulan. Setelah menguji hipotesis dengan data yang diperoleh siswa akan menarik kesimpulan dan mempertanggungjawabkan hasil yang sudah diperoleh.
Model Pembelajaran Inkuiri tidak hanya mengedepankan intelektual siswa tetapi juga perkembangan emosional dalam memecahkan masalah dalam kelompok. Siswa lebih memahami masalah yng diberikan. Hal ini karena siswa mencari semua data dan menyimpulkan sendiri.
Berdasarkan gambaran hasil analisis data terhadap proses pembelajaran dan hasil tes kemampuan siswa pada materi perkembangbiakan tumbuhan secara generatif di kelas VI SD Negeri 2 Kalilandak, Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara, penerapan metode inkuiri telah menunjukkan peningkatan yang positif terhadap proses pembelajaran dan hasil tes kemampuan siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa yang mencapai di atas KKM sejumlah 16 anak (84,2 %) dan yang masih di bawah KKM 3 anak ( 15,8 %). Dengan demikian menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri lebih bermakna bagi siswa juga bagi guru.
Turiyah, S.Pd.SD
Guru Kelas VI SD Negeri 2 Kalilandak, Purwareja Klampok, Banjarnegara