Harapan setiap guru tentunya berhasil dalam membelajarkan siswanya, namun kenyataan tidak demikian ,kondisi lingkungan belum tentu sepenuhnya memberikan dukungan keberhasilan semua siswa di sekolah ini. Keadaan ini mungkin sudah lazim pada setiap sekolah yag berada di daerah dengan kondisi latar belakang siswa yang heterogen.
Menyadarikeadaantersebut,penelitimelakukandiagnosaterhadappembelajaan yang telahdilakukan. Untukmengetahuitingkatpemahamansiswa, diadakantesformatif. Setelahdikoreksi, ternyatahanya10siswadari26siswa yang mendapatnilaidi atas75berartihanya38,46% yang telahmemcapaiketuntasanbelajar.Mengetahuihasilbelajarsiswa yang jauhdariharapan, penelitimelakukanrefleksidiri,denganmengkajidokumendanberdiskusi,sertabertanya pada siswatentangpembelajaran yang telahdilaksanakan. Dari semuapermasalahan yang timbulpenyebabnyaadalah Metodepembelajaran yang dipilihkurangmampumempermudahsiswadalammemahamimateri dan melibatkansiswadalam kegiatan pembelajaran.
Denganmempertimbangkan saran temansejawat, peneliti memilihmetode yang sesuaidengantingkatperkembangankognitifsiswakelas V SD dandapatmeningkatkanaktivitasdanhasilbelajarsiswayaknipenerapanMetode Role Playing.
Pengertian metode Role Playing atau Bermain Peran adalah Suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi atau penghayatan siswa, dengan memerankan suatu tokoh hidup atau mati yang biasanya lebih dari satu atau dua orang, biasanya ditekankan pada permainan peran.Padametodeini, titiktekanannyaterletakpadaketerlibatanemosionaldanpengamataninderakedalamsuatusituasimasalah yang secaranyatadihadapi. Siswadiperlakukansebagaisubyekpembelajaran, secaraaktifmelakukanpraktik-praktikberbahasa (bertanyadanmenjawab) bersamateman-temannyapadasituasitertentu.
Menurut Mulyasa (2005:43) pembelajaran dengan metode role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan.
Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini semua peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario.
Adapun langkah-langkah metode Role Playing ini adalah : a). Guru menyusun /menyiapakan skenario. b).Siswa dibagi dalam kelompok untuk mempelajari skenario, c). Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, d). Siswa memainkan peran sesuai skenario,e). Masing-masing kelompok mengamati kelompok lain yang sedang memerankan skenarionya,f). Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberi lembar kerja untuk membahas penampilan kelompok lain,g). Masing- masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya, h). Guru menyimpulkan secara umum, i). Evaluasi, j). Penutup.
Setelah MetodeRole Playing ini diterapkan ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa karena metode Role Playing menekankan siswa pada pemberian belajar yang lebih konkrit serta suasana yang kondusif kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan.
Barmadi, S.Pd.
SD Negeri 2 Purwasana Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara