Unggah-Ungguh basa Jawa yang merupakan salah satu sumber pendidikan karakter tidak perlu diragukan keberadaannya. Karena dalam bahasa Jawa syarat akan nilai-nilai luhur yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Lebih luas lagi dalam bahasa dan sastra Jawa terkandung tata nilai kehidupan Jawa, seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa.
Unggah-ungguh tidak hanya melibatkan bahasa, melainkan terkait dengan tata krama Jawa. Penguasaan unggah-ungguh, baik unggah-ungguh yang berkaitan dengan tata krama maupun unggah-ungguh yang berkaitan dengan bahasa akan menentukan harga diri seseorang. Unggah-ungguh mempunyai dua pengertian yaitu unggah-ungguh yang berarti tatakrama dan unggah-ungguh yang berkaitan dengan bahasa. Keduanya akan menentukan harga diri seseorang. Oleh karena itu peribahasa di atas dapat diartikan bahwa harga diri seseorang ditentukan oleh cara berbicara, berpakaian, dan bertingkah laku.
Unggah-ungguh merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan Jawa, khususnya unggah-ungguh basa. Apabila unggah-ungguh basa seseorang baik, maka tatakramanya pun akan baik pula. Unggah-ungguh basa berarti variasi bahasa, khusunya bahasa Jawa dan tatakrama yang digunakan seseorang ketika berbicara dengan orang lain dengan melihat faktor usia, pendidikan, strata sosial, ekonomi, dan kedudukan.
Menurut Sanjaya (2009) simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Simulasi adalah salah satu metode pembelajaran dengan cara menirukan untuk memahami suatu konsep. Metode ini dilakukan dengan cara bermain peran sehingga dapat melatih keterampilan siswa. Hasibuan dan Moedjiono (1986) berpendapat simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya purapura atau berbuat seolah-olah, dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja). Jadi, metode simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang pelaksanaannya dengan cara melakukan proses tingkah laku secara tiruan untuk memberikan bekal pada kehidupan nyata.
Beberapa kelebihan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya:(a) menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi; (b) menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi; (c) memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya; (d) memvisualkan hal-hal yang abstrak; (e) tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik;(f) memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa; (g) menimbulkan respons yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasi; (h) melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses kemajuan simulasi. Kelemahan metode simulasi adalah: (a) apabila guru tidak menguasai metode ini maka tujuan pembelajaran akan terabaikan; (b) siswa sering memanfaatkan sebagai ajang hiburan; (c) siswa yang pemalu akan cenderung pasif. Metode simulasi mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari metode simulasi adalah metode ini merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa yang pasif akan menjadi aktif dan dapat meningkatkan daya kreativitas siswa. Adapun kelemahannya yaitu apabila guru tidak menguasai metode ini, maka akan digunakan sebagai sarana hiburan oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran terabaikan.
Simulasi merupakan suatu metode mengajar dengan cara mempraktikkan suatu peran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (kenyataan). Penerapan metode simulasi dilakukan dengan melibatkan partisipasi siswa secara langsung sehingga siswa lebih mudah menerima dan memahami pembelajaran unggah-ungguh basa. Pemanfaatan metode simulasi yang diintegrasikan dengan praktik langsung bertujuan agar proses pembelajaran tidak terkesan monoton tetapi supaya menumbuhkan minat dan meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa siswa di kelas tersebut. Simulasi adalah metode yang dapat memberi bekal kepada siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya kelak. Siswa seolah-olah belajar kenyataan sehingga akan mempermudah pemahaman siswa. Selain itu, metode simulasi dapat membuat siswa untuk selalu berlatih sehingga akan mempermudah pemahaman siswa.
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa dengan metode simulasi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam ber-unggah-ungguh di dalam berkomunikasi di sekolah maupun dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
IHWAN,S.Pd.
Guru SMP 7 Pati