Pendidikan merupakan aspek penentu kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang maju maka dapat mewujudkan sumber daya manusia unggul yang mempunyai kompetensi dan daya saing yang tinggi sehingga dapat menjadi bangsa yang maju. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Kualitas pendidikan dapat dilihat salah satunya dari proses pembelajaran dilakukan oleh guru dan peserta didik. Pada kegiatan pembelajaran setiap mata pelajaran dituntut untuk dapat mengembangkan kompetensi peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selama ini proses pembelalajaran di SMP N 1 Ceper belum maksimal untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, hal ini dapat terlihat dari nilai ulangan harian peserta didik yang nilainya masih di bawah KKM.
Dalam mata pelajaran pendidikan agama Kristen, peningkatan nilai ulangan harian pendidikan agama Kristen dapat dilakukan dengan metode simulasi. Pengertian metode simulasi menurut Anitah (2008:5.22) merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.
Proses pembelajarannya objeknya cenderung bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang sifatnya pura-pura. Metode simulasi merupakan metode pembelajaran dimana peserta didik melakukan praktek bermain peran tingkah laku atau meniru peristiwa atau kejadian dalam materi pelajaran. Adapun langkah-langkah dalam metode simulasi (a) tahap persiapan,yaitu menentukan masalah, menentukan pemain yang akan bermain peran, waktu yang disediakan, peranan yang akan diperankan pemain, dan pemberian kesempatan peserta didik untuk bertanya jawab pada peserta didik yang terlibat pemeranan simulasi; peserta didik terlebih dahulu diminta mempelajari materi yang sudah disiapkan guru, kemudian peserta didik belajar menguasai peran sesuai skenario materi pelajaran yang diberikan oleh guru (b) tahap pelaksanaan/tindakan simulasi yaitu pembentukan kelompok bermain peran, peserta didik memperagakan peran sesuai skenario dan guru mendorong partisipasi aktif dari peserta didik yang tidak berperan dalam simulasi, guru memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan serta mendorong untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah; dan (c) tahap penutup/evaluasi yaitu diskusi kelompok tentang jalannya simulasi maupun cerita yang disimulasikan, guru mendorong siswa untuk memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi serta merumuskan kesimpulan.
guru mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda diantara peserta didik. Pembelajaran dengan metode bermain peran/simulasi berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, berusaha menemukan dan mendiskusikan masalah yang dialami serta mencari pemecahan masalah, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.
Pada kegiatan pembelajaran pendidikan agama Kristen dengan menggunakan metode simulasi akan membuat peserta didik mudah memahami materi pelajaran karena materi yang diperoleh tidak hanya sekedar hafalan, sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar. Jika materi disajikan hanya sekedar hafalan maka peserta didik akan mudah bosan dan cepat lupa. Dengan metode simulasi peserta didik akan lebih bisa menghayati dan mengekspresikan keimanannya. Nilai-nilai kristiani akan dapat terjiwai dalam pribadi peserta didik karena peserta didik seolah-olah mengalami peristiwa keimanan secara langsung tidak hanya sekedar cerita dari buku. Materi pelajaran akan lebih bermakna dan peserta didik akan dapat meresapi nilai-nilai pendidikan agama Kristen dapat dikuasai peserta didik sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dari pelajaran pendidikan agama Kristen peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang akan terbawa dalam perilaku keseharian peserta didik baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat.
Dengan metode simulasi pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen selain dapat meningkatkan prestasi hasil belajar, juga dapat mengubah sikap dan karakter peserta didik menjadi lebih baik karena nilai-nilai keimanan yang disimulasikan atau diperankan akan lebih mudah untuk dimaknai sehingga dapat diaplikasikan dalam sikap sehari-hari. Sehingga dari proses pembelajaran dapat mengembangkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Wiwik Listyaningsih, S. PAK.
Guru Pendidikan Agama Kristen SMP N 1 Ceper Klaten