JATENGPOS.CO.ID, – Jika komputer memiliki CPU sebagai pusat pemrosesan dan pengolahan data, maka manusia memiliki otak sebagai pusat pengatur aktivitas tubuh . Sayangnya dalam praktik pembelajaran, banyak diantara kita yang belum mampu memaksimalkan peran otak sebagai pusat asosiasi belajar . Pembelajaran melibatkan pemikiran yang bekerja secara asosiatif, karena satu konsep pasti terhubung dengan konsep lainnya atau bahkan sekaligus dengan beberapa konsep lainnya . Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses sinergisme antara otak, pikiran dan pemikiran untuk menghasilkan daya guna yang optimal .
Banyak praktik pembelajaran yang keliru sehingga fungsi otak menjadi tidak maksimal . Kemampuan yang dilatihkan hanya sebatas mengingat dan memahami, sementara kemampuan mengasosiasi, mengaitkan hubungan, menganalisis, mengaplikasi apalagi mengkreasi masih sangat kurang . Ini bisa terjadi jika proses pembelajaran terlalu didominasi guru , guru dianggap sebagai sumber belajar . Proses belajar berlangsung dalam pola guru memberi dan peserta didik hanya menerima .
Buah dari semua itu adalah rendahnya hasil belajar siswa, rendahnya kemampuan peserta dalam memahami suatu konsep, rendahnya kemampuan menganalisis suatu kasus, ketidakmampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan minimnya kreativitas . Peserta didik hanya belajar mengingat , menghafal , tapi konsep materi tidak terpegang . Semua hal tersebut dapat terjadi karena fungsi otak tidak digunakan secara optimal .
Pembelajaran harus dirancang agar bisa mengoptimalkan peran otak sebagai pusat asosiasi belajar . Potensi otak kanan maupun otak kiri harus dimanfaatkna secara seimbang agar proses belajar lebih bermakna . Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih agar proses pembelajaran bisa berlangsung lebih efektif , aktif dan kreatif . Salah satu dari model pembelajaran yang bisa dipilih adalah Mind Mapping , pembelajaran berbasis peta pikiran atau yang lebih dikenal dengan peta konsep . Menurut Tony Buzan ( penemu Mind Mapping ), peta pikiran adalah cara termudah menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali keluar .
Membuat Mind Mapping tak ubahnya dengan membuat catatan, tapi disajikan dengan lebih efektif dan kreatif dengan memetakan pokok-pokok pikiran kita tentang suatu materi atau bahasan . Membuat Mind Mapping melibatkan kedua potensi otak baik kanan maupun kiri . Mind Mapping bisa dibuat semenarik mungkin dengan tampilan visualisasi gambar , warna , angka , kata dan logika . Membaca Mind Mapping akan memberi kesan yang lebih bermakna daripada hanya membaca kalimat-kalimat dalam buku . Membaca atau memaknai Mind Mapping juga melatih peserta didik berpikir deduktif , karena peta pikiran biasa dibuat dari konsep umum sebagai pusat peta yang kemudian dikembangkan ke konsep khusus sebagai cabang-cabangnya.
Dalam praktik pembelajaran , peserta didik dapat dilatih dan kemudian diberi tugas untuk membuat Mind Mapping dari kompetensi dasar atau materi tertentu . Tugas bisa dilakukan secara kelompok , agar muncul juga karakter mampu bekerja sama, berani mengeluarkan pendapat dan saling menghargai . Beri kebebasan pada peserta didik untuk berkreasi dalam pembuatannya , beri batas waktu penyelesaian . Berikutnya beri kesempatan bagi tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya .
Melalui pembelajaran dengan model Mind Mapping , kita bisa mengungkap kompetensi pengetahuan , kompetensi ketrampilan dan juga kompetensi sosial peserta didik . Model pembelajaran ini juga lebih mengoptimalkan peran otak sebagai pusat asosiasi belajar . Tentu saja masih banyak model pembelajaran lain yang bisa dipilih, semua tergantung dari tipe materi dan tujuan yang ingin dicapai .
Tri Eni Widyastuti , S.Pd
SMA Negeri 3 Purworejo