Setiap manusia membutuhkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kata matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein artinya mempelajari. Namun diduga kata itu ada hubungannya dengan kata dari bahasa Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi ( Karso 2014: 1.39 ) Matematika digunakan sebagai proses berpikir logis. Oleh karena itu sudah saatnya ada peningkatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan di semua jenjang pendidikan di sekolah.
Pelajaran matematika di kelas enam sudah mulai mengoperasikan pecahan dan desimal yang saling terkait. Bentuk yang satu ditulis kembali ke bentuk lainnya. Materi mengubah pecahan ke bentuk desimal belum memberikan hasil yang memuaskan. Dilihat dari hasil ulangan yang telah dilaksanakan, nilai matematika siswa masih rendah dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal . Keberhasilan siswa dalam belajar matematika khususnya dalam mengubah pecahan ke bentuk desimal dikarenakan siswa tidak terampil berhitung, faktor kegagalan pengajaran matematika di Sekolah Dasar yaitu sistem klasikal, hanya berdasarkan pada kemampuan rata-rata siswa. Siswa yang berfikir lambat merasa guru terlalu cepat menjelaskannya .Sebaliknya bagi siswa yang pandai menganggap guru mengajar dengan lambat sehingga siswa merasa bosan. Selain itu guru cenderung mengajarkan matematika secara abstrak .
Untuk mengatasi ketidakberhasilan siswa dalam mengubah pecahan ke bentuk desimal perlu model pembelajaran yang tepat agar sasaran pembelajaran matematika dapat dicapai. Model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika pada prinsipnya berorientasi pada falsafah pendidikan, yaitu dengan cara belajar siswa aktif dalam memecahkan masalah. Model Pembelajaran Jigsaw merupakan pilihan model pembelajaran yang bisa mengatasi masalah di atas. Dengan Model Pembelajaran Jigsaw, siswa yang pendai dapat membantu siswa yang lemah . Model pembelajaran Jigsaw, ada kelompok asal dan ahli. Kelompok ahli saling berdiskusi menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok asal .
Arifin (207:77) menjelaskan bahwa Jigsaw dalam bahasa Inggris artinya gergaji ukir , ada juga yang menyebutnya istilah puzzle, yaitu teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan . Strategi ini menekankan kerja sama kelompok kecil . Selesai diskusi siswa kembali ke kelompok asal sebagai “ahli” dalam subtopik yang dipelajarinya. Siswa “ahli” mengajarkan informasi kepada teman kelompoknya.
Daryanto (207:243) menjelaskan langkah penerapan Jigsaw adalah sebagai berikut: Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda –beda .Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota kelompok asal menyesuaikan jumlah materi pelajaran yang dipelajari siswa sesuai tujuan .
Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada teman jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Jadi model jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara sesama . Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, menyelesaikan masalah,serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka bahwa model jigsaw merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai tujuan Pembelajaran model jigsaw adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh kelompok yang saling memberi informasi .
Tarno, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 2 Getas Kaloran Temanggung