JATENGPOS.CO.ID, – Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman yang mengesankan, tetapi fakta dilapangan sebagian guru dalam mengajar di depan peserta didik masih bersifat guru sentris, kurang melibatkan peserta didik, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode konvensional (ceramah) satu arah sehingga kurang variatif dan kurang mengoptimalkan model pembelajaran sehingga peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, bahkan cenderung pasif. Peserta didik hanya diam saja, mendengarkan , mencatat, dan mudah bosan dalam pembelajaran.. Sebagaian besar peserta didik berpendapat bahwa belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memang membosankan karena Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sarat dengan materi hapalan apalagi metode yang digunakan hanya dengan ceramah. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru kemudian dilanjutkan dengan latihan soal. Rasa bosan itu akan bertambah jika jam pelajaran PPKn diberikan pada siang hari menjelang jam-jam terakhir. Sehingga motivasi belajar peserta didik semakin berkurang.
Disini penulis ingin menyampaikan bahwa belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu menyenangkan dengan cara mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan . Pembelajaran Model Make a Match merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, Penerapan pembelajaran model ini dimulai dari teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal yang dipegang. Siswa diharapkan mampu mencari pasangan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya lebih cepat akan diberi poin
Adapun langkah – langkah dalam pembelajaran model Make a Match adalah sebagai berikut pertama guru mempersiapkan kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
Kedua guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Ketigajika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan – pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok kartu jawaban.
Keempat pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan , aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut diatas dipecah menjadi dua, sebagaian anggota memegang kartu pertanyaan sebagian lainnya memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U.
Pembelajaran dengan model Make a Match mendorong peserta didik untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri konsep yang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dari berbagai cara, seperti observasi, diskusi atau melakukan percobaan menemukan pasangan kartu yang sesuai. Dalam pembelajaran model Make a Match diharapkan dapat menciptakan suasana kelas yang memungkinkan peserta didik dan guru merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik atau materi, dimana guru memberi kartu materi. Kartu tersebut berisikan soal dan materi, sehingga membuat peserta didik berfikir, guru juga mendorong peserta didik untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik penting dalam materi menurut caranya sendiri. Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran model Make a Match dapat diasumsikan untuk memotivasi peserta didik dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka tertantang untuk menyelesaikan tugasnya secara kreatif.
Sri Wahyuni,S.Pd
Guru PPKn SMK Negeri 3 Surakarta