Bimbingan klasikal merupakan kegiatan penting dari layanan dasar. Bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan yang dirancang dengan mengadakan pertemuan secara tatap muka dengan konseli berbasis kelas (Depdiknas, 2008). Bimbingan kelas (klasikal) juga dipahami sebagai program yang dirancang oleh konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas (Santoso, 2011).
Peran Guru Bimbingan dan Konseling sebagai konselor sekolah membantu siswa dalam menangani berbagai masalah siswa dengan memberikan layanan Bimbingan klasikal. Guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan masih banyak yang hanya menggunakan metode ceramah saja atau dengan memanggil siswa ke ruang BK untuk berkonsultasi dan menyelesaikan permasalahannya. Dalam Kemendikbud (2013:2) praktik layanan bimbingan dan konseling dapat menggunakan strategi layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan konseling individual.
Hal tersebut menegaskan bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling salah satunya dapat dilakukan di dalam kelas yang biasa disebut dengan layanan bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal yang menyenangkan membuat siswa semakin nyaman dan efektif dalam mengikuti layanan. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti bangsa yang bermartabat, hal ini bertujuan untuk membantu mengembangkan potensi siswa agar menjadi insan yang bertaqwa, berilmu, berkarakter, dan bertanggung jawab. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan tetapi untuk menyelesaikan masalah masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Buchori, 2001 dalam (Trianto 2009:5). Adanya layanan yang menyenangkan membuat siswa semangat dalam mengikuti layanan tersebut, ditambah teknik layanan yang membuat siswa semakin nyaman dalam mengikuti layanan. Salah satu teknik layanan yang digunakan dalam pemberian layanan klasikal di SMP Negeri 36 Semarang yaitu problem solving atau pemecahan masalah.
Dimana siswa diajak untuk berpikir bagaimana memecahkan masalah dengan teknik Problem Based Learning (PBL. Problem Based Learning adalah teknik mengajar non-tradisional dimana “masalah mendorong pembelajaran” (Tse & Chan, 2003). Tujuan Problem Based Learning (PBL) termasuk membantu siswa mengembangkan 1) pengetahuan yang fleksibel, 2) keterampilan pemecahan masalah yang efektif, 3) keterampilan selfdirected learning (SDL), 4) keterampilan kolaborasi yang efektif, dan 5) motivasi. ). Dengan di terapkannya model Problem based Learning siswa tertantang untuk menyelesaikan masalah, utamanya masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam layanan klasikal dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) siswa di tuntut untuk berpikir kritis dan solutif. Dan juga siswa memahami arti toleransi menghargai pendapat orang lain.
Dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) siswa merasa senang karena siswa diajak untuk berpikir dan menyampaikan pendapatnya, sehingga kegiatan layanan tidak merasa bosan dan jenuh. Siswa sangat Antusias dalam mengikuti pelayanan Bimbingan dan konseling dengan Model Problem based Learning sehingga dapat meningkatkan keefektifan dalam layanan klasikal di SMP Negeri 36 Semarang.
Oleh :
Nanik Dwihastuti, S.Pd, M.Si
SMP Negeri 36 Semarang