Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen mempunyai korelasi, tidak dapat terpisah sendiri-sendiri agar bisa berlaku sesuai fungsinya. Salah satu dari beberapa komponen dalam pembelajaran adalah sumber belajar. Sumber belajar sebagaimana kita ketahui adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang menjadi komponen penting untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar, guru hendaknya menggunakan sumber belajar yang efektif, salah satunya adalah pemanfaatan lingkungan sekitar. Samatowa (2016:173) mengatakan bahwa pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sebagai laboratorium alam.
Lingkungan adalah salah satu aspek dalam strategi pembelajaran Pailkem. Pailkem merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, dan Menarik. Menurut Uno (2015: 11) strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku atau kitab yang merupakan pegangan guru. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan, seperti mengamati (dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram (dalam Balitbang Diknas,2003:30). Pemberdayaan lingkungan merupakan suatu pemanfaatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga mereka mempunyai pengalaman belajar yang berkesan dan bermakna.
Strategi pembelajaran Pailkem bersifat implementatif, artinya bisa diterapkan ke dalam berbagai mata pelajaran. Termasuk ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V (Lima) materi menulis puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa merasa kesulitan untuk menuangkan ide-ide yang mereka miliki ke dalam bahasa tulisan sesuai dengan tema yang diberikan. Bahkan kadang ide pun sulit muncul karena daya imajinasi siswa yang terbilang rendah. Begitu pula dengan siswa-siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Wonokerso Kecamatan Tembarak. Mereka betah bergulat dengan waktu hanya untuk menulis 1 (satu) bait puisi. Dengan mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekolah adalah tindakan solutif guru. Kemudian siswa mulai menulis sesuai dengan tahapan menulis. Adapun 3 (tiga) tahapan menulis puisi seperti yang dikemukakan oleh Graves (dalam Tompkins, 1994:8) yaitu tahap pramenulis, mulai menulis, dan pascamenulis. Dalam kegiatan menulis puisi dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar diawali dengan tahap pramenulis. Pada tahap ini siswa mencari dan menemukan objek yang menarik di lingkungan sekolah. Kemudian tahap mulai menulis, pada fase ini siswa dituntut untuk mengembangkan ide, teknik gaya bahasa, diksi serta penentuan pesan yang akan disajikan dalam puisi, sedang tahap pascamenulis, merupakan tahap penyempurnaan yang meliputi penyuntingan dan perbaikan untuk memberikan hasil yang baik. Sesuai tahapan yang harus dilalui, secara kelompok siswa aktif mengamati objek yang ada di lingkungan sekolah. Setelah waktu habis, siswa masuk ke kelas dengan membawa ide-ide kreatif mereka untuk kemudian dibuat kerangka puisi secara individu. Dan diakhiri dengan tahap menulis puisi secara utuh.
Stimulan yang diberikan guru berupa benda konkret yaitu lingkungan membuka peluang kepada siswa untuk berimajinasi. Ide yang terkungkung dalam tempurung bisa jadi muncul karena siswa tidak hanya mengkhayalkan materi sehingga mampu menuangkannya ke dalam bahasa tulisan berupa puisi. Selain itu, strategi pembelajaran Pailkem dengan pemanfaatan lingkungan pada hakikatnya mendekatkan dan memadukan siswa dengan lingkungannya agar mereka mempunyai rasa cinta dan peduli terhadap lingkungannya. Hal ini diharapkan mampu membekali siswa dengan life skill, berupa keterampilan untuk mempertahankan lingkungan dan mengembangkan potensi diri secara optimal.
Tri Pudji Astuti, S.Pd.SD.
Guru SD Negeri 2 Wonokerso, Kec. Tembarak, Temanggung