JATENGPOS.CO.ID, – Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak hanya meliputi aspek kebahasaan, tetapi juga aspek kesastraan. Ada 3 komponen dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, yaitu (1) bahasa sebagai alat komunikasi, (2) bahasa sebagai sistem keilmuan, dan (3) apresiasi sastra sebagai suatu bentuk karya seni. Mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa pembelajaran apresiasi sastra di sekolah agaknya kurang begitu diminati siswa. Bahkan tidak hanya siswa, guru pun kadang-kadang kurang antusias saat memberikan pembelajaran sastra di sekolah. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor pengetahuan dan kemampuan guru sendiri juga rendah terhadap bidang sastra. Akibatnya, pembelajaran sastra menjadi sebuah aktivitas kegiatan belajar mengajar yang kurang (tidak) menggairahkan.
Pada tingkat SMP/MTs, materi pembelajaran sastra antara lain apresiasi terhadap dongeng, cerpen, novel, drama, dan puisi. Terkait dengan apresiasi terhadap puisi, materi yang perlu dikuasai siswa adalah membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Menurut pengalaman penulis selama ini, hanya sebagian kecil siswa yang antusias terhadap materi ini. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya sama sekali tidak menunjukkan gairahnya saat memasuki materi membaca puisi. Ada yang merasa tidak mempunyai bakat, merasa tidak percaya diri, bahkan ada yang menganggap membaca puisi sebagai sebuah kegiatan yang pantas untuk ditertawakan. Mungkin hal ini juga dialami oleh sebagian besar guru bahasa Indonesia saat melaksanakan pembelajaran membaca puisi.
Fenomena menghadapi siswa yang tidak percaya diri atau malu saat harus tampil di depan kelas sebenarnya tidak hanya terjadi saat pembelajaran bahasa Indonesia. Penulis yakin, guru mata pelajaran lain pun pernah mengalami hal yang sama ketika menyuruh siswanya untuk tampil di depan kelas. Khusus untuk pembelajaran membaca indah puisi, tulisan ini mudah-mudahan bisa membantu untuk menggairahkan dan menambah rasa percaya diri siswa saatmembaca puisi.
Siapa yang tidak kenal musik? Pasti sebagian besar siswa kita sangat akrab dengan musik. Tidak hanya siswa yang berada di perkotaan, siswa di pelosok pedesaan pun akrab dengan musik. Bagaimana musik dapat menambah rasa percaya diri siswa? Nah, pada saat siswa diberi tugas membaca puisi di depan kelas, guru dapat menyediakan iringan musik yang sesuai dengan tema puisi yang akan dibaca siswa. Tentu saja tidak hanya satu jenis musik, tetapi berbagai jenis musik dapat kita persiapkan. Gurulah nanti yang berperan memilihkan musik yang sesuai dengan puisi yang akan dibacakan. Jika guru tidak dapat memainkan musik sendiri, bisa menggunakan alat bantu tape atau HP. Akan lebih baik jika jenis musik yang dipilih dalam bentuk instrumentalia. Hal ini bertujuan agar saat siswa membaca puisi tidak akan terganggu oleh suara penyanyinya. Penulis sudah menerapkan hal itu saat siswa membaca puisi di depan kelas. Misalnya, begitu siswa membaca puisi tentang ibu, guru memutarkan musik instrumen yang bernada syahdu. Alhasil, siswa akan lebih menghayati isi puisi tersebut. Siswa lain pun menjadi lebih terhanyut sampai-sampai mereka meneteskan air mata. Saat siswa membaca puisi tentang nasionalisme, guru dapat memutarkan musik yang membangkitkan gelora jiwa. Saat siswa membaca puisi tentang alam, kita sediakan musik instrumen lain yang kira-kira sesuai. Begitu seterusnya. Di samping nantinya siswa lebih menghayati, mereka seolah-olah menjadi lebih percaya diri saat tampil di depan kelas membaca puisi. Pembelajaran membaca puisi pun menjadi menyenangkan. Dengan cara tersebut, pembelajaran puisi akan menjadi sebuah peristiwa yang dinanti dan bukannya dihindari atau bahkan dibenci.
Ari Sugiarti, S.S.
Guru SMP Negeri 1 Kalikajar