JATENGPOS.CO.ID – Pendidikan adalah usaha sadar serta terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, serta ketrampilan untuk bekal di masa yang akan datang.
Pembelajaran sebagai aktifitas transfer pengetahuan dan nilai diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang lebih berkualitas sesuai dengan amanat pendidikan nasional.
Guru sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Kita sebagai Guru harus terus berupaya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang kita sampaikan.
Guru diharapkan mampu membimbing peserta didik agar memiliki berbagai kompetensi sebagai bekal mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara cepat berubah sebagai ciri dari masyarakat abad ke 21.
Mengajar pada jenjang Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), guru akan dihadapkan pada berbagai persoalan perkembangan serta pergaulan siswa yang lebih komplek. Selain itu Guru juga dituntut mampu selesaikan materi sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan. Sering kita lihat dalam mengajar, Guru hanya mengejar target menyelesaikan materi tanpa melihat kondisi anak didik. Apabila pembelajaran disampaikan secara monoton tanpa ada variasi siswa akan merasa sangat bosan.
Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA yaitu mempelajari berbagai hal di alam baik objek hidup maupun tak hidup untuk tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa.
IPA ditingkat SMP telah dikenalkan berbagai konsep yang didalamnya terdapat hal – hal yang abstrak, istilah ilmiah serta konsep matematis. Hal inilah yang membuat siswa sering merasa kebingungan dalam memahaminya.
Ketika di dalam kelas, sebelum guru datang atau di jeda jam pelajaran beberapa anak terbiasa bermain kotekan ( bahasa jawa ). Meja, kursi bahkan alat kebersihan dijadikan sebagai alat musik. Hal ini yang mendasari kami untuk menerapkan musikalisasi dalam pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa musikalisasi adalah hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik ( KBBI, 2003:767 ).
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran , musikalisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman, ketrampilan, serta perilaku peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan pada silabus dengan cara menggubah materi pelajaran melalui pendekatan musik. Harapannya kegiatan pembelajaran menjadi lebih dinamis, kreatif, serta menyenangkan.
Di awal proses pembelajaran untuk memusatkan perhatian siswa, kami ajak anak – anak menyanyi lagu di sini senang di sana senang yang liriknya kami gubah menjadi : di sini IPA, di sana IPA di mana – mana belajar IPA. Sekarang IPA, kemarin IPA, lusapun kita belajar IPA. lala la lala lala…2x.
Contoh lain misalnya pada materi ciri unsur logam dan non logam bisa kita gubah dari Lagu : kalau kau suka hati tepuk tangan. Ciri-ciri unsur logam ada tiga (tepuk tangan 3x). Wujudnya padat pada suhu kamar. Dapat ditempa direnggangkan, Konduktor listrik dan juga panas (tepuk tangan 3x). Ciri-ciri non logam juga tiga (tepuk tangan 3x). Wujudnya padat, cair, dan gas. Rapuh dan tak bisa ditempa, non konduktor kecuali grafit (tepuk tangan 3x).
Dengan teknik ini ternyata anak lebih senang serta rileks dalam mengikuti pembelajaran. Musikalisasi dalam pembelajaran IPA mampu merangsang perkembangan belahan otak kiri dan kanan secara bersamaan. Belajar IPA merespon perkembangan belahan otak kiri karena belajar IPA berkaitan dengan logika, analitis, sistematis dan matematis sedangkan belajar musik merespon perkembangan belahan otak kanan yang berkaitan dengan kreativitas, inovasi dan irama.
Sebagai Guru mari kita senantiasa terus mengembangkan inovasi pembelajaran dalam rangka menyiapkan generasi masa depan yang penuh tantangan serta mampu menjadi Guru yang inspiratif bagi siswa – siswinya.