Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada banyak siswa yang tidak tertarik dengan mapel Bahasa Inggris terutama materi membaca (reading). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain asumsi siswa bahwa teks bacaan itu membosankan, tidak menarik, sulit dipahami, penuh kosa kata sulit, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran siswa menjadi kurang aktif bahkan cenderung pasif. Kondisi tersebut terjadi juga pada siswa kelas X IPA 3 SMA N 1 Pecangaan tahun pelajaran 2019/2020 saat belajar materi Narrative (Legend). Menurut pengamatan penulis, sebetulnya tidak semua siswa lemah dalam Bahasa Inggris. Mungkin karena faktor malas, enggan, atau minim kosa kata itulah yang membuat mereka menjadi pasif. Selain itu, pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru (teacher-centered) sehingga siswa merasa tidak perlu aktif dalam pembelajaran karena semua sudah teratasi oleh guru itu sendiri. Melihat fenomena itu, maka penulis, sebagai guru Bahasa Inggris, mengatasi hal tersebut dengan satu alternatif tindakan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT.
NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan pada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagen (Al-Tabany, 2015:131) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran NHT tersebut dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut : Langkah 1. Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok. Penomoran adalah hal yang utama dalam NHT, disini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga sampai lima orang, menamainya, dan kemudian memberi siswa nomor yang berbeda- beda sesuai jumlah siswa di dalam kelompok tersebut. Kelompok dibentuk berdasarkan latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar (bisa dengan tes awal /pre-test). Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan guru. Langkah 4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Disini setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan di LKS atau yang diberi guru. Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Disini guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban mereka kepada siswa di kelas. Langkah 6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan terkait dengan materi yang disajikan.
Dari data empirik diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan keaktifan siswa di sekolah penulis dari posisi rendah 22% pada kondisi awal menjadi tinggi yaitu 92% pada kondisi akhir. Model ini menjamin keterlibatan total semua siswa sehingga sangat baik untuk meningkatkan keaktifan dan tanggung jawab masing-masing siswa dalam kelompok. Menurut penulis teknik ini bisa juga digunakan untuk mapel lain di semua jenjang pendidikan.
Oleh :
Siti Nor Azizah, S.Pd.
Guru SMA N 1 Pecangaan Jepara