JATENGPOS.CO.ID, – Pembentukan karakter dan budaya bangsa di dalam diri siswa semakin terpinggirkan. Rapuhnya karakter dan budaya dalam kehidupan bangsa dapat membawa kemunduran dalam peradaban bangsa. Sebaliknya, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan budaya yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan negara. Berarti cukup relevan untuk diungkapkan kembali paradigma lama tentang pendidikan, yakni pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai. Warisan nilai-nilai budaya adi luhung masa lalu itu tidak sedikit yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter.Serat Wulang Reh karya Sri Paku Buwono IV salah satu dari warisan budaya yang berisi ajaran tentang budi pekerti luhur yang menjadi petunjuk hidup bagi manusia berupa pitutur atau nasehat yang berbentuk tembang Jawa.
Serat Wulang Reh Pupuh Kinanthi menyampaikan ajaran moral yang bunyinya:
Yen wong anom-anom iku, kang kanggo ing masa iki, andhap asor kang den simpar, umbag gumunggunging dhiri, obral umuk kang den gulang, kumenthus lawan kumaki. (Para pemuda di masa sekarang meninggalkan sopan santun dan rendah hati, sebaliknya mengumbar kesombongan dan tinggi hati).Dari serat Wulang Reh pupuh Kinanthi tersebut terkandung nilai-nilai karakter sebagai berikut: Manusia perlu menata dan melatih hati agar tanggap kondisi, sehingga berjiwa bersih. Dampaknya manusia mampu menangkap isyarat ghaib. Langkahnya dengan mengurangi makan, tidur, dan menjauhi perilaku berfoya-foya. Manusia harus bersikap santun, tidak bangga jika dipuji, mengendalikan omong besar,kementhus (congkak) dan kumaki (sombong) dan tidak menonjolkan kepandaiannya di depan orang banyak.
Kutipan berikutnya berbunyi: Adiguna puniku, ngandelaken kapinteranipun, samubarang kabisan dipundheweki, sapa bisa kaya ingsun, togging prana nora enjoh, (Watak adiguna adalah menyombongakan kepandaiannya, seluruh kepandaian adalah miliknya. Siapa yang bisa seperti aku,padahal akhirnya tidak sanggup). Adigung iku, angungasaken ing kasuranipun, para tantang candhala anyenyampahi, tinemenan nora pecus, satemah dadi geguyon. (Tabiat orang adigung adalah menyombongkan keperkasaan dan keberaniannya, semuanya ditantang berkelahi, bengis, dan suka mencela. Tetapi jika benar-benar dihadapi, ia tak akan melawan, bahkan jadi bahan tertawaan).Ing wong urip puniku, aja nganggo ambek kang tetelu, anganggowa rereh ririh ngati-ati, den kawangwang barang laku, kang waskitha solahing wong. (Dalam kehidupan, jangan kau kedepankan tiga tabiat tersebut, berlakulah sabar, cermat, dan hati-hati. Perhatikan segala tingkah laku, waspadai segala perilaku orang lain).
Dari tembang di atas menjelaskan pernyataan perilaku yang tidak baik. Manusia dalam menjalani kehidupan dan memperoleh kesempurnaan hidup harus menghindari sifat adigang yang selalu memamerkan keberaniaannya, adigung bermakna membanggakan dhiri (kedudukanya yang tinggi) berbuat dengan semena-mena, yang terakhir adiguna suka mengandalkan kepandaiaanya. Dalam menuju kesempurnaan hidup manusia hendaknya memperhatikan dan mengamalkanpitutur (nasihat) baik dari siapapun asalnya. Dengan kata lain manusia hendaknya bersikap rereh‘sabar, atau mampu mengekang diri’, ririh ‘tidak tergesa-gesa, perlahan-lahan’, dan berhati-hati.
Dalam pupuh Pangkur memuat nilai-nilai karakter antara lain : Masa mengko mapan arang, kang katemu ing basa kang basuki, ingkang lumrah wong puniku, dhengki srei lan dora, iren meren dahwen pinasten kumingsun, openeno raprasaja, jailmutakil basiwit. (Masa sekarang, sangat sulit menemukan perilaku yang baik. Umumnya manusia sekarang itu dengki, serakah, dan pembohong, malas, iri, senang mencela, sombong, tidak jujur, jahil, banyak curiga, dan curang).Iku wong durjana murka, nora nana mareme jroning ati, sabarang karepanipun, nadyan wusa katekan, karepane nora mari saya banjur, luwamah lawana marah, iku kang den tut wuri. (Orang seperti itu disebutpenjahat serakah, tidak pernah merasa puas meskipun semua keinginannya telah terpenuhi, kemauannya tidak pernah berhenti, malah semakinmenjadi-jadi, menurutkan hawa nafsu lawamah dan amarah).
Nilai yang terkandung dalam Pupuh Gambuh antara lain sebagai berikut: Manusia harus mampu membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Manusia harus berlandas pada aspekdeduga yaitu mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak;prayoga yaitu mempertimbangkan hal-hal yang baik terhadap segala sesuatu yang akan dikerjakan; warata yaitu mempertimbangkan kemungkinan yang buruk dari apa yang akan dikerjakan, dan reringa atau berhati-hati dalam menghadapi segala sesuatu yang belum jelas atau meyakinkan. Manusia harus menjauhi perbuatan maksiat. Hasil karya senisastra Jawa yang diwariskan oleh nenek moyang kita itu isinya tidak semua ketinggalan jaman, Masih banyak hal-hal tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengarungi hidup di jaman modern ini, agar warisan nenek moyang yang berwujud logika, etika dan estetika yang terkandung dalam hasil karya sastra Jawa tidak punah, maka penggalian dan pemanfaatannya dimunculkan kembali dalam khasanah pendidikan yang diwujudkan salah satunya dalam buku paket untuk pembelajaran di sekolah.