KEPADA Presiden Indonesia Bapak Prabowo yang tercinta.
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Semoga Keselamatan Rahmat dan Berkah Allah tetap diberikan kepadamu.
Perkenankan kami bercerita kembali tentang kisah nyata yang terjadi di masa lampau, barangkali bisa untuk kita jadikan pengingat dan pelajaran dalam kehidupan Bangsa Indonesia yang saat ini sedang Bapak pimpin.
Alkisah dahulu pernah terjadi gempa di Masa Dua Khalifah yg sama sama bernama Umar. Yaitu, Khalifah Umar Bin Khatab dan Khalifah Umar Bin Abdul Azis Radhiyallahuanhum. Dan uniknya keduanya sama sama mengaitkan kejadian Gempa tersebut dengan hal yg sama yaitu kemaksiatan rakyatnya. Karena itu setelah gempa mereda, keduanya langsung naik ke atas mimbar dan berkhutbah menyeru kepada masyarakat utk bertaubat dari berbagai maksiat agar bencana tak lagi datang menimpa rakyat.
Bapak Presiden Prabowo yang terhormat, kita ketahui bersama bahwa sumber dari kemaksiatan masyarakat adalah kualitas sumber daya manusia yg tidak memiliki karakter mulia atau Akhlakul Karimah.
Karakter serakah menyebabkan perilaku korupsi. Karakter amarah menimbulkan pertengkaran dan tawuran. Tiadanya sifat kasih sayang menjadikan saling bully dan benci. Sikap acuh meniadakan kepekaan dan kepedulian sosial.
Dan, banyak lagi karakter dan sikap yg harus diperbaiki dari anak bangsa Indonesia oleh Bapak Presiden dengan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada terbentuknya karakter dan sikap mulia dari bangsa ini. Diantaranya:
Sifat penuh kasih sayang agar tidak suka membully dan mencaci-maki. Jiwa ksatria supaya berani bertanggung jawab atas semua tindakannya. Karakter jujur dan berintegritas untuk menjaga moralitas.
Sikap peduli dan toleransi agar semakin rukun dan damai negeri ini. Dan, masih banyak lagi karakter yang perlu di bentuk dari anggaran APBN untuk anak bangsa Indonesia.
Kalau Bapak Soeharto mendapat gelar Bapak Pembangunan secara fisik (karena pembangunan di masanya dengan program Repelita yang sangat luar biasa)
Maka kami mendoakan semoga Bapak Prabowo menjadi Bapak Pembangunan Karakter Bangsa. Karena sesungguhnya Program membangun Karakter dan Mental bangsa tidak kalah urgent dari Program MBG yang Alhamdulillah sudah semakin membaik pelaksanaannya.
Alangkah indahnya manakala Bapak Presiden dapat menjalankan kedua program baik di atas, seiring sejalan untuk masa depan Bangsa Indonesia.
Pembangunan bisa dimulai dengan mengevaluasi tayangan-tayangan televisi, konten-konten medsos, aneka game permainan tidak mendidik yang saat ini tersebar masif dan menjadi tontonan hingga akhirnya secara tidak sadar menjadi tuntunan bagi anak anak yang masih polos dan mudah terpengaruh. Anak akan menjadi sebagaimana yang ia lihat setiap hari.
Karena itu diperlukan program-program menarik yang mampu mengedukasi pemirsa baik anak anak remaja maupun orang dewasa. Program tontonan akhlak mulia yang akan menjadi tuntunan bagi siapa saja yang melihatnya.
Selanjutnya mohon dengan sangat dimasukan kembali pelajaran Pendidikan Moral Pancasila atau Akhlak Mulia ke dalam kurikulum pendidikan mulai dari tingkat PAUD hingga Kuliah. Bukan hanya sebagai pelajaran tambahan tapi jadikan sebagai pelajaran inti dan masuk dalam mata ujian nasional di berbagai jenjang.
Ke depan ujian bukan sekedar teori dengan tulisan tapi juga praktek keseharian di lapangan sehingga manakala ada anak didik memperlihatkan diri berani terhadap orang tua dan guru maka sudah otomatis tidak akan naik kelas atau lulus ujian meski nilai akademik yang lain bagus. Atau jika anak senantiasa membolos / pulang dari sekolah sebelum waktunya tanpa ijin, ketahuan merokok bahkan minum-minuman keras maka juga tidak akan dinaikan atau luluskan hingga anak benar-benar merubah sikapnya.
Dan, hal tersebut menjadi komitmen bersama antara orang tua dan guru di saat awal masuk sekolah dengan penanda tanganan piagam kesepakatan demi kebaikan anak anak mereka.
Hal di atas hanya sedikit contoh dan gambaran ikhtiar agar anak anak bangsa Indonesia serta para pemudanya memiliki budi luhur dan akhlak mulia dimana orang tua di seluruh Indonesia merindukan kehadiran anak anak yang demikian itu.
Tentunya Bapak Presiden dengan para menteri dan ahli pendidikan dapat membuat rumusan yang jauh lebih bagus untuk mewujudkannya.
Mohon Maaf Bapak Presiden Tercinta, ijinkan kami membuat sedikit syair tentang kondisi Indonesia :
Ketika Alam membuat tanda, maka mari perhatikan dengan seksama.     Â
Ketika Alam memberi kabar, maka mari siapkan pikiran untuk mendengar.
Ketika Alam menegur halus, maka mari terima sukarela dengan hati yang tulus.
Alam seringkali membuat tanda dengan bencana.                      Â
Tak jarang Alam memberi kabar melalui Api yang berkobar membakar.
Kadang kala alam menegur halus dan karena terlalu halus kita sering tidak lulus.
Dalam hal ini kita perlu berhenti.                                \
Sejenak saja,
Untuk introspeksi diri dengan hati.                      Â
Untuk mendengar lebih dalam bisik nurani.                            Â
Untuk melihat lebih cermat berbagai isyarat yang tersirat.                                   Â
Untuk lebih mawas akan banyak hal yang tak jelas
Semakin kita abaikan surat-surat cinta dari hati.                     Â
Semakin tercerai kita dari Rahmat Ilahi.                            Â
Semakin kita acuh terhadap suara-suara tulus yang mengingatkan.          Â
Semakin jauh kita dari pertolongan.
Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sikap abai dan acuh akan peringatan.
Demikianlah Bapak Presiden yang bisa kami sampaikan mewakili Emak Emak Bapak Bapak Kakak-Kakak yang khawatir akan akhlak anak dan adik-adik mereka.
Mohon Maaf bila ada salah kata dari tulisan yang kami tata. Mohon maaf bila kurang sopan dari apa yang kami ungkapkan.
Semoga Allah Ta’ala membimbing Bapak Presiden menemukan jalan kebenaran dan kebaikan utk bangsa Indonesia.
Semoga Bapak Presiden Prabowo selalu sehat wal Afiat agar dapat terus menebar manfaat utk rakyat.
Aamiiin Allahumma Aamiiin Yaa Allah Yaa Rabbal’alamiin.
Ungaran, Selasa 25 November 2025
Salam takdzim dan hormat dari kami,
Didik Trimurdodo
(Owner Thoriqoffie Jalan Baru / Jalan Hasan Moenadi Gedanganak, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang). (*)












