Menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan atau informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya (Dalman, 2014:3). Menulis memiliki fungsi dan peran agar seseorang dapat menuangkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya. Menulis dengan baik bukanlah hal yang mudah. Seseorang harus melewati proses yang panjang untuk mengolah ide dan pikiran agar dapat dituangkan dalam bentuk kata dan kalimat sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Kenyataan peserta didik kelas VI Semester 2 SD Negeri 4 Bandungharjo, saat pembelajaran Bahasa Indonesia masih mengalami beberapa hambatan. Khususnya pada kompetensi dasar menyampaikan pidato hasil karya pribadi dengan menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif sebagai bentuk ungkapan diri. Pada umumnya peserta didik masih lemah dalam aspek pembelajaran menulis. Hal ini terlihat ketika tugas menulis pidato yang diberikan guru. Hanya beberapa peserta didik yang menyelesaikan tulisannya dengan baik. Tulisan peserta didik kurang menarik dan pilihan diksi kurang tepat. Ternyata penyebab utama adalah peserta didik kurang latihan, kurang membaca dan menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam kelas tersebut, maka perlu diterapkan metode pembelajaran MTM (Metode Tiru Model). Menurut M Susanto (2002), metode tiru erat kaitannya dengan membaca. Metode ini merupakan cara menulis dengan menggunakan sebuah contoh tulisan yang digunakan sebagai model. Tulisan model tidak ditiru secara keseluruhan, yang ditiru hanyalah kerangka dan bentuk karangan sebagai bahan perbandingan. Setelah membaca beberapa model yang ditetapkan kemudian proses menulis dilaksanakan. Dipertegas Kembali oleh Marahimin (2010:21), metode tiru model pada dasarnya menuntut melakukan latihan-latihan sesuai dengan master yang diberikan. Model harus dibaca terlebih dahulu, dilihat isi dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan kerangkanya kemudian dilanjukan dengan menulis. Tulisan yang dibuat tidak sama persis seperti model, yang ditiru adalah kerangkanya, idenya bahkan cara atau tekniknya.
Langkah pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode tiru model yaitu 1) Sebuah model yang dipilih guru dibaca bersama-sama di kelas. 2) Kemudian dibaca pula analisis model itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan menelurusi jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu serta melihat sistematika penulisannya). 3) Guru mengajak para peserta didik memikirkan objek-objek lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan menggunakan pola, gaya atau cara-cara yang dipakai dalam model itu. 4) Selanjutnya peserta didik menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang dibahas itu. 5) Peserta didik menulis karangan dengan waktu yang cukup. 6) Setelah selesai, tugas peserta didik dikumpulkan dan diperiksa kemudian dijanjikan kapan pekerjaan mereka dikembalikan. 7) Guru harus mengembalikan tugas peserta didik sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Ketika mengembalikan karangan itu, guru membahas kesalahan yang umumnya dilakukan peserta didik. Kesalahan yang dilakukan peserta didik tertentu cukup ditulis di kertas peserta didik yang bersangkutan untuk kemudian diselesaikan secara khusus antara guru dengan peserta didik.
Penerapan metode tiru model terhadap kemampuan menulis pidato dapat dilaksanakan di kelas dengan optimal. Dengan pembiasaan, peserta didik akan banyak melakukan latihan dalam menulis pidato. Didukung pula peningkatan budaya membaca untuk menambah kosakata peserta didik dan meningkatkan kemampuan untuk menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan.
Tina Ariwirawati, S.Pd
Guru Kelas VI SD Negeri 4 Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan