27 C
Semarang
Selasa, 23 Desember 2025

Riding Gaya Miring di Pegunungan, Kenali Batas – Batasnya

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Jawa Tengah (Jateng) dianugerahi pemandangan pegunungan yang indah, menciptakan jalur riding yang sangat menantang dan memuaskan. Rute seperti Dieng, lereng Merapi-Merbabu, atau jalur ke arah selatan seperti Cilacap-Pangandaran via pegunungan sering menjadi favorit. Namun, keindahan ini datang dengan tantangan serius. Tikungan curam, tanjakan-turunan ekstrem, dan permukaan jalan yang sering berubah.

Banyak pengendara, terutama yang terinspirasi gaya balap, tergoda untuk mencoba teknik ‘gaya miring’ (cornering) dengan kecepatan tinggi. Menguasai teknik tikungan pegunungan bukan tentang seberapa miring atau rebah, tetapi tentang mengelola kecepatan dan pengereman dengan cerdas dan aman.

Jalan di pegunungan memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari jalan datar, dan ini menuntut adaptasi kecepatan yang signifikan. Disini pentingnya memahami batas kecepatan di pegunungan. Tikungan di perbukitan umumnya bersifat buta (blind corner). Kita tidak bisa melihat apa yang ada di balik tikungan (kendaraan dari arah berlawanan, kerikil, atau satwa liar). Aturan emas yaitu selalu gunakan prinsip Slow In, Fast Out. Kurangi kecepatan sebelum masuk tikungan untuk memastikan kita dapat melihat seluruh panjang tikungan. Kecepatan yang ideal adalah kecepatan di mana kita mampu berhenti total jika tiba-tiba ada bahaya di depan. Permukaan jalan di pegunungan rentan terhadap kerikil, pasir, tanah licin, tumpahan oli, atau lumpur. Dan berbelok rebah (miring) kecepatan tinggi dipermukaan tersebut, dipastikan 99% akan berakhir dengan tergelincir (low side). Tikungan di pegunungan seringkali memiliki kemiringan ke dalam atau ke luar (camber) yang tidak terduga, sangat memengaruhi traksi ban.

Baca juga:  Pengaruh Suspensi Tingkatkan Stabilitas Berkendara

Selain kecepatan, pengereman adalah kunci keselamatan mutlak di jalur berbukit. Kegagalan mengelola pengereman di turunan tajam adalah penyebab utama kecelakaan fatal di daerah pegunungan. Pengereman saat motor sedang miring di tengah tikungan akan menyebabkan motor tegak kembali (stand up effect). Ini membuat motor keluar jalur dan berpotensi menabrak lawan arah atau pembatas jalan. Lakukan pengereman yang proporsional (depan 70%, belakang 30%) saat motor masih lurus, jauh sebelum memasuki tikungan. Turunkan gigi untuk memanfaatkan engine braking. Setelah masuk tikungan, jika perlu koreksi kecepatan tipis, Anda boleh melakukan trailing brake (pengereman sangat ringan), biasanya hanya menggunakan rem belakang sambil motor miring dimaksudkan untuk menjaga kestabilan berkendara saat menikung.

Baca juga:  Persimpangan Aman Tetap Cantik Sampai Tujuan dalam Semangat Hari Kartini

Saat menuruni bukit, jangan menahan tuas rem terus-menerus. Teknik yang benar adalah Lakukan pengereman kuat sebentar, lepaskan, lalu ulangi. Teknik ini memungkinkan rem mendingin sebentar, mempertahankan efektivitas pengereman, dan mengurangi risiko rem blong. Fokus pada Engine Braking, gunakan gigi rendah (Gigi 1 atau 2) agar mesin membantu menahan laju. Jika menggunakan matik wajib turun kecepatan drastis sebelum menurun dan gantung gas sedikit agar engine brake tipis bisa membantu kenierja rem.

“Riding di pegunungan adalah ujian sesungguhnya dari kematangan seorang pengendara. Pegunungan Jateng bukan sirkuit, dan nyawa jauh lebih berharga daripada sensasi rebah maksimal. Ingatlah selalu, riding yang smart adalah riding yang kembali utuh sampai di rumah,” pesan Oke Desiyanto Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jateng.



TERKINI


Rekomendasi

...

Rheza Podium Kedua ARRC China, Astra Honda...

Mengelola Stres-Tips #Cari_aman

Chery Serius Garap Pasar Jateng