Pantun Sebagai Media Penanaman Karakter Siswa di Sekolah

Wiyono, M.Pd. Guru SDN Tunjungtejo Pituruh
Wiyono, M.Pd. Guru SDN Tunjungtejo Pituruh

Sastra memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia. Melalui sastra hidup akan terasa dinamis dan indah. Tidak dapat dipungkiri bahwa bersastra adalah salah satu cara manusia mengungkapkan segala imajinasinya menjadi sesuatu yang baru dan menarik. Tidak hanya sebuah karya yang didapatkan melalui sastra, tetapi juga kepuasan batin. Di dalam sastra juga terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dipelajari dengan mengambil pesan baik yang disampaikan dan membuang nilai yang tidak baik. Oleh karena itu, sastra memiliki peran juga terhadap pembangunan karakter seseorang. Sastra sebagai salah satu media dalam membangun karakter seseorang perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan.

Salah satu upaya untuk membentuk karakter peserta didik dilakukan melalui pembelajaran sastra. Menurut Hervanda (dalam Suryaman 2010:2), Untuk membangun karakter dan kepribadian peserta didik yang berakhlak mulia dan berkarakter kuat, diperlukan buku-buku sastra yang isinya sesuai dengan tingkat perkembangan pembaca, membawakan nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta mendorong pembacanya untuk berbuat baik. Pantun merupakan salah satu karya sastra lama yang terkenal di Nusantara. Pantun memuat nilai-nilai pendidikan, moral, nasihat, adat-istiadat, dan ajaran-ajaran agama. Hal itu juga dilaksanakan  di SDN Tunjungtejo Pituruh Purworejo kelas V pada tema 4,  KD 3. 6 Menggali isi dan amanat pantun yang disajikan secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk kesenangan sekaligus sebagai sarana pendidikan karakter melalui pendidikan satra terutama Pantun.

Baca juga:  Tantangan dan Solusi Implementasi Kurikulum 2013

Pembelajaran diawali dengan mengidentifikasi ciri-ciri pantun dengan mengamati sebuah pantun yang dibagikan oleh guru. Sesuai dengan pantun yang diamati siswa membuat kesimpulan bahwa ciri-ciri pantun adalah: 1). Satu bait terdiri dari 4 baris. 2). Baris 1 dan 2 berupa sampiran dan baris 3 dan 4 berupa isi. 3). Bersajak AB-AB. 4) satu baris terdiri 8-12 suku kata. Langkah selanjutnya adalah guru siswa membuat isi dari sampiran pantun yang sudah dibuat guru dan sebaliknya, membuat sampiran dari isi pantun yang sudah dibuat oleh guru. Apabila kedua langkah tersebut sudah dikuasai siswa maka siswa akan mampu membuat pantun secara utuh sesuai dengan tema yang sedang di pelajari yakni Sehat itu Penting.

Baca juga:  CS Tingkatkan Pemahaman Recount Teks

Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan diberi waktu untuk diskusi. Hal ini menjadi salah satu metode guru membuat siswanya belajar, khususnya belajar kerja sama dengan teman-temannya. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Daryanto (2014:23) mengenai salah satu model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yaitu Pembelajaran Berbasis Proyek yaitu metode belajar yang  menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Maka siswa menggunakan pengalaman sehari-hari dalam menjaga kesehatan dalam membuat isi pantun.

iklan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan,  maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dapat melatih siswa dalam menumbuhkan karakter baik siswa yakni, bertanggung jawab dan disiplin terhadap dalam menyelesaikan tugas tepat waktu, rasa ingin tahu dan gemar membaca untuk mencari kosakata baru dalam membuat pantun, kreatif dalam membuat pantun sesuai dengan tema yang disampaikan guru serta kerjasama dalam kelompok tanpa membeda-bedakan teman. Siswa antusias dalam belajar sehingga dalam evaluasi penilaian KD 3.6 Menggali isi dan amanat pantun yang disajikan secara lisan dan tulis rata-rata kelas mencapai 78,5.

Baca juga:  Kearifan Lokal sebagai Sumber Pembelajaran IPS

 

Wiyono, M.Pd.

Guru SDN Tunjungtejo Pituruh

iklan