Pasar Karetan Jadi Contoh Destinasi Digital di Pra Rakornas 2018 Kemenpar
JAKARTA – Pasar Karetan yang berada di Radja Pandapa Camp, Kendal, Jawa Tengah, menjadi percontohan di Pra Rakornas I Kemenpar, di Hotel Harris Vertu, Jakarta, Senin (12/3).
Pasar besutan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jateng ini, menjadi referensi bagaimana membuat destinasi digital. Mulai dari awal hingga berkelanjutan.
“Bagaimana membuat tempat yang dulu sepi, sekarang ramai. Tempat yang dulunya biasa saja, sekarang masyarakatnya sadar pariwisata. Ini merupakan ide sebuah tantangan. Yaitu untuk membuat kopdar rutin, terinspirasi dari berbagai pasar di luar negeri yang unik-unik. Seperti mall Marceau Market Perancis, Eat & Eat Gandaria dan lain-lain,” ujar Ketua Pelaksana Pasar Karetan, Mei Kristianti dalam paparannya, Senin (12/3).
Radja Pendapa adalah sebuah pilot project. Kawasan hutan ini, disulap GenPI menjadi kawasan Instagramable melalui Pasar Karetan. Dan berubah menjadi destinasi digital. Pasar zaman now ini juga bekerjasama dengan pemerintah daerah dan pemilik pribadi. Setelah itu, sosialisasi gencar dilakukan ke penduduk.
“Konsepnya harus yang Instagramable, dari 360 derajat harus bagus. Itu mempengaruhi orang untuk datang lagi. Dekorasi harus bagus. Agar terlihat kece buat foto-foto,” kata Mei.
Selain itu, harus digencarkan sosialisasi ke media sosial. Mei menegaskan followers harus banyak, dan harus asli bukan hasil dari beli akun media sosial.”Pengunjung Pasar Karetan bisa mencapai 4 ribu orang. Kalau tidak asli, tidak akan bisa sebanyak itu,” ungkapnya.
Berikutnya, melakukan kurasi terhadap lapak-lapak yang akan berjualan di destinasi digital. Lapak harus sesuai dengan konsep pasar yang telah ditentukan. Pasar Karetan misalnya, makanan yang dijual jarang ditemui di tempat biasa.
“Ada Role and Play. Mereka tampilannya seperti apa? Dagangan lapak harus enak, dan harganya juga harus bersahabat,” tutur Mei.
Selain lapak jualan, juga harus ada aktivitas lainnya yang menarik. Seperti ada dolananan anak tradisional semacam bakiak, enggrang, panahan, dan sebagainya.
“Permainan-permainan tradisional itu sangat menarik bagi pengunjung keluarga. Untuk anak-anak muda selain spot foto yang unik, bisa juga disediakan pertunjukan ringan seperti live music, tari tradisional atau workshop-workshop yang mengikuti perkembangan jaman,” paparnya.
Saat ini, omset Pasar Karetan mencapai Rp 30 juta hingga Rp 40 juta per pekan. Kalau ditotal, per tahun omset pasar ini bisa mencapai Rp 1,6 miliar-Rp 1, 9 miliar.
“Destinasi digital ini sangat memberikan efek perekonomian kerakyatan untuk masyarakat sekitarnya. Selain itu, juga memberikan wadah bagi generasi muda untuk berkreasi,” ujarnya.
Sukses pasar Karetan ini membuat Walikota Semarang menawarkan 3 tempat lagi untuk GenPI Jateng. Dua di antaranya berada di Kota Lama dan Kota Pecinan di Semarang dengan luas 56 hektare.
Keunggulan lainnya Pasar Karetan adalah 1001 titik selfie. Hal inilah yang memaksa pengunjung selalu mengeluarkan smartphone-nya dan selalu berfoto.
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, kondisi ini berbeda dengan pasar-pasar zaman dulu, yang hanya membutuhkan lapak, tempat menata barang dagangan, bertemulah pembeli dan penjual. Di Pasar Karetan ini pasar penuh aturan.
“Itulah digital lifestyle anak-anak muda. Selalu memikirkan impression, objek foto Instagrameble, interaktif, viral, trending topic, dan tema-tema khas online sosial media. Di mana ada objek anti mainstream, di situ mereka berkumpul,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Digital lifestyle itu, kata Menpar Arief Yahya, harus interaktif, berbasis online, bercerita dengan video, gambar, sedikit text, viral alias dari HP ke HP. Bukan lagi dari mulut ke mulut, karena mulut mereka adalah gadget, signal, dan wifi.
“Bagus, konsep Pasar Karetan ini! Silakan datang tiap Minggu pagi. Ajak juga keluarga atau teman-temannya,” ajak Menpar Arief.(*/jan)