Matematika tidak terpisahkan dengan kehidupan kita. Banyak aktifitas sehari-hari yang melibatkan matematika, baik kita sadari ataupun tidak. Oleh karena itu matematika menjadi salah satu pelajaran penting yang harus dikuasai setiap orang jika ingin sukses dalam kehidupannya. Mengingat pentingnya matematika, mata pelajaran ini diajarkan pada semua jenjang pendidikan formal. Namun sampai saat ini, masih banyak siswa menganggap matematika sulit,menakutkan dan membosankan karena harus hafal beragam rumus. Tidak mengherankan jika saat pelajaran matematika khususnya soal cerita, suasana kelas berubah hening dan menegangkan. Siswa cenderung pasif, hanya duduk, dengar dan mengerjakan soal. Ini menjadikan hasil pembelajaran siswa sering mengecewakan, termasuk keadaan ini terjadi di SD Negeri Pitrosari, Wonoboyo. Untuk itu proses pembelajaran matematika perlu dikemas secara kreatif oleh guru agar lebih menyenangkan dan bermakna sehingga siswa lebih enjoy dalam belajar.
Untuk mewujudkan pembelajaran matematika menyenangkan salah satunya dapat dilakukan dengan permainan. Saat bermain siswa secara tidak sadar sudah belajar banyak hal. Menurut Sudjana (2000:138) bahwa penyajian teknik permainan yang baik akan menarik perhatian siswa sehingga menimbulkan suasana yang mengasyikan tanpa menimbulkan kelelahan. Timbulnya suasana mengasyikan ini dapat memotivasi siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal senada diungkapkan oleh Djaramah (2002:139) salah satu upaya guru dalam memotivasi siswa adalah menggunakan simulasi dan permainan. Dengan permainan dapat meningkatkan interaksi, menyajikan gambaran yang jelas mengenai kehidupan sebenarnya dan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Ini sejalan dengan karakteristik anak SD yang masih dalam tahap operasional konkrit dan senang bermain.
Dalam pembelajaran matematika, ketika dihadapkan dengan soal cerita masih banyak dijumpai jawaban siswa melenceng jauh dari pertanyaan. Hal ini terjadi karena siswa kesulitan memahami soal cerita. Padahal pada Kurikulum 2013 evaluasi matematika disajikan berupa soal HOTS bukan menuntut sekedar hafalan atau memasukkan angka ke rumus. Tetapi siswa perlu memahami dan menganalisa soal terlebih dahulu agar bisa menjawab soal dengan benar.
Untuk mengatasi kesulitan siswa memahami soal cerita salah satunya dapat diatasi dengan pasaran. Pasaran adalah salah satu permainan tradisional yang tidak asing lagi bagi siswa khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dalam KBBI pasaran berarti tempat suatu barang dagangan diperjualbelikan. Untuk menerapkannya dalam pembelajaran, siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok diberi tugas membawa barang dari rumah untuk bermain jual beli di kelas saat pelajaran matematika. Barang yang dibawa tiap kelompok beraneka ragam. Kemudian tiap-tiap kelompok melakukan kegiatan jual beli. Saat melakukan kegiatan jual beli guru juga menekankan kata-kata penting yang berkaitan dengan jual beli seperti membeli lagi berarti bertambah sedangkan dijual, busuk, hilang berarti berkurang. Saat bermain pasaran, siswa sudah mengkonkritkan soal cerita sehingga mereka menjadi lebih faham karena praktik langsung. Siswa terlihat antusias dan gembira. Setelah kegiatan permainan selesai siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan bahwa dari permainan pasaran sudah belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pecahan, untung/rugi, aneka satuan (kg, kuintal, ton, lusin,gross, kodi) serta berlatih kejujuran dan kerja sama.
Melalui permainan pasaran ini pemahaman siswa terhadap soal cerita akan meningkat dan pembelajaran lebih bermakna serta menyenangkan. Manfaat lain dari permainan ini adalah siswa diajak teliti menggunakan uang, jujur dalam transaksi jual-beli, mengaktifkan siswa dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan mempersiapkan anak untuk menjadi masyarakat dewasa.
Surasmi, S.Pd.
Guru SD Negeri Pitrosari, Wonoboyo, Temanggung