Pernahkan anda mendengar tentang anak disabilitas atau sering disebut sebagai difabel?. Anak difabel adalah anak yang memiliki kekurangan atau keterbatasan diri (disability) yang bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau beberapa kombinasi dari ini. Difabel dikategorikan kedalam beberapa kategori berdasarkan jenis keterbatasannya, salah satunya keterbatasan dalam sensorik yang disebut tuna daksa. Apa yang dimaksud ABK tunadaksa?. Tunadaksa berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang, tidak mampu dan “daksa“ berarti tubuh.
Anak tunadaksa didefinisikan sebagai anak yang tidak atau kurang dapat menggunakan tangan dan, atau kakinya untuk bergerak. Anak tersebut mengalami gangguan gerak sebagai akibat kelainan sistem cerebral (otak), ataupun karena kelainan bentuk fungsi tubuh atau anggota gerak . Kelainannya tersebut bersifat menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sehingga memerlukan pelayanan khusus. Pada dasarnya ABK tunadaksa adalah anak-anak dengan tingkat intelektual yang umumnya normal bahkan ada beberapa yang masuk kategori IQ tinggi. Hanya saja karena kekurangan secara fisiklah yang membatasi gerak mereka sehingga tak jarang mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan koordinasi motorik dan mobilitas.
Tunadaksa yang disebabkan oleh kelainan sistem cerebral sering disebut sebagai Cerebral Palsy. Jenis ketunaan ini berkaitan dengan adanya gangguan yang terdapat di dalam otak, kelainannya bersifat kekakuan dan kelayuan. Ashman (1994) mengemukakan Cerebral Palsy dapat dibedakan sebagai berikut ini ; spastic, athetoid, ataxia, rigidity, dan tremor. ABK Cerebral Palsy tipe spastic adalah ABK yang mengalami kerusakan cortex cerebri yang ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun pada seluruh otot. Dampak dari cerebral palsy tipe spastic yaitu terjadinya kekakuan pada tangan dan kaki. Bila kekakuannya terjadi di kaki maka akan mengakibatkan mobilitas ABK terganggu, mungkin saja sebenarnya anak dapat berjalan hanya mungkin sesekali menyeret kakinya. Namun bila kekakuan terjadi pada bagian tangan maka ABK mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas pelajaran seperti menulis. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan semakin memperparah kondisi anak khususnya berkaitan dengan akademik anak. Oleh karenanya diperlukan suatu kegiatan yang dapat melatihkan kemampuan motorik halus anak Cerebral Palsy tipe spastic.
. Bermain pasir kinetik dapat menjadi satu solusi dalam melatihkan kemampuan motorik halus ABK Cerebral Palsy tipe spastic. Pasir kinetik merupakan salah satu mainan anak yang cukup populer saat ini. Pasir kinetik dinilai mampu menjadi suatu media permainan edukatif yang efektif dalam melatihkan imajinasi, media sensory play, hingga mengasah gerak motorik halus anak. Pasir kinetik dapat dibuat sendiri oleh guru maupun orang tua dirumah. Bahan yang digunakan untuk membuatnya pun banyak, murah dan mudah didapatkan disekitaran kita. Semisal saja pasir kinetik yang terbuat dari campuran pasir, air dan tepung kanji. Cara membuatnya pun mudah hanya dengan mencampur ketiga bahan tersebut hingga rata, dan pasir pun siap digunakan. Selain ketiga bahan diatas, pasir kinetik dapat dibuat dengan bahan-bahan lain yang tentunya aman untuk anak-anak.
Pasir kinetik memiliki tekstur yang halus dan lentur sehingga mudah dibentuk. ABK dapat bermain sesuka hatinya. Mereka bisa membuat suatu karakter ataupun hanya meremas, menggulung dan mencetak berbagai bentuk sesuai dengan imajinasi mereka. Gerakan meremas menggulung dan mencetak dapat melatihkan gerakan pada tangan sehingga dinilai dapat mengurangi kekakuan. Tentunya harus sering-sering melakukan kegiatan bermain pasir ini, yang pasti tetap awasi anak anda ketika bermain pasir kinetik.
JOKO SANTOSO, S.Pd
Guru SLB Negeri Sragen